Tiga Faktor Ini Bikin Indonesia Jadi Pasar Favorit Sindikat Narkoba

Selasa, 23 Juni 2020 – 17:04 WIB
Polisi ungkap jaringan narkoba internasional dari Iran. Foto: dok. Humas Polri

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Krisono Halomoan Siregar mengungkapkan sejumlah faktor yang membuat Indonesia jadi pasar favorit para pengedar narkoba.

Salah satu faktor itu adalah lemahnya sistem yang membuat terpidana kasus narkoba dapat dengan leluasa mengendalikan jaringannya dari balik tembok penjara.

BACA JUGA: Bea Cukai Temukan Perubahan Tren Penyelundupan Narkoba di Tengah Pandemi

“Ada yang sudah (divonis) hukuman mati masih bisa mengendalikan. Almarhum Freddy Budiman sudah berkali-kali dihukum dan dapat mengendalikan. Hanya di Indonesia bisa berkali-kali hukuman,” kata Krisno saat menjadi pembicara di Webinar Series bertajuk Dinamika Penindakan dan Kerjasama Internasional dalam Penyalahgunaan Narkoba yang diadakan Universitas Paramadina, Selasa (23/6).

Alasan lain yang membuat Indonesia jadi sasaran sindikat narkoba, lanjut dia, adalah faktor geografi. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak pintu masuk yang bisa dieksploitasi.

BACA JUGA: Pengamat: Maksimalkan Peran Atase Polri Dalam Deteksi Dini Perangi Narkoba

Selain itu, tambah Krisno lagi, harga pasar di Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan negara lain juga ikut berkontribusi.

Pada kesempatan yang sama, pengajar Universitas Paramadina Anton Aliabbas menyampaikan, penerapan kebijakan lockdown dalam masa pandemi Covid-19 memiliki efek terhadap jalur penyebaran narkoba.

BACA JUGA: Pakai Narkoba Sejak Lulus SMA, Dwi Sasono Terlibat Jaringan Pengedar?

Sementara di negara lain jumlah kasus turun, Indonesia justru mencatatkan peningkatan. Sepanjang tahun ini, Satgasus Merah Putih telah menyita lebih dari 1,6 ton sabu-sabu

“Era pandemi terlihat ada tren menggunakan jalur laut. Memanfaatkan lalu lintas kargo internasional, hanya 2 persen pengawasan efektif dilakukan. Ketika jalur udara ditutup maka pemanfaatan jalur laut meningkat,” urainya.

Dia juga mengingatkan bahwa bisnis narkoba cenderung resisten terhadap resesi ekonomi. Kondisi ekonomi yang buruk justru berpotensi menguntungkan para pengedar.

“Berkurangnya penindakan karena anggaran yang terpotong membuka peluang bagi sindikat narkoba. Di sisi lain, pengangguran tinggi mendorong mereka yang putus asa akhirnya mengedarkan narkoba,” beber Anton.

Mantan Duta Besar RI untuk Iran Dian Wirengjurit mengatakan, republik Islam itu bukanlah produsen narkoba. Iran bahkan memiliki kebijakan hukuman paling keras terhadap bandar narkoba.

“Iran mempunyai kebijakan antinarkoba luar biasa dan dianggap paling keras. Dengan hukuman mati di tempat umum. 10 ribu orang dalam dua dekade dihukum mati karena narkoba,” tegasnya.

Meski begitu, perdagangan narkoba internasional tetap memanfaatkan negara itu untuk transit. Pasalnya, Iran memiliki infrastruktur yang lebih baik ketimbang negara lain di kawasan tersebut. (dil/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler