jpnn.com, JAKARTA - Peringatan dini Indonesia dalam mengatasi penyelundupan narkoba dari kawasan Timur Tengah dipandang dapat memaksimalkan dengan keberadaan atase polisi di Kedutaan Besar Republik Indonesia.
Sayangnya, di kawasan ini, atase Polri hanya terdapat di KBRI Jeddah, Arab Saudi.
BACA JUGA: Kapolres Perintahkan Tangkap Bandar Besar Narkoba, Jangan Hanya Kurir
Padahal, menurut Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy Shiskha Prabawaningtyas, saat ini jalur baru penyelundupan narkoba ke Indonesia semakin meningkat dari kawasan tersebut, khususnya dari Iran.
Menurut dia, pada 2020 ini saja misalnya, penyelundupan sabu-sabu dari jaringan iternasional Iran yang diungkap penegak hukum setidaknya melebihi 1,6 ton.
BACA JUGA: Jangan Kalah Lawan Jaringan Narkoba Internasional
Pernyataan Shiskha ini diamini berbagai pemberitaan media massa mengenai keberhasilan tim khusus Satgasus Merah Putih yang dipimpin Kombes Herry Heryawan dalam pengungkapan penyelundupan sabu-sabu jaringan Iran di Sukabumi, Jawa Barat pada awal Juni 2020 lalu.
Pengungkapan kasus besar bukan sekali ini dilakukan Satgasus Merah Putih. Sepanjang 2020 setidaknya Satgasus Merah Putih yang kini dikepalai Brigjen Ferdy Sambo berhasil menggagalkan peredaran lebih dari 1,6 ton sabu-sabu.
BACA JUGA: 3 Wanita, 1 Pria di Dalam Vila, Tak Bisa Mengelak
Selain pengungkapan 402 Kg sabu-sabu di Sukabumi, dua kasus besar yang berhasil terbongkar yakni 288 Kg sabu-sabu di Serpong, Tangerang, pada 30 Januari, dan 821 kg sabu-sabu di Banten pada 25 Mei.
“Jalur baru (penyelundupan narkoba) semakin meningkat dari Timur Tengah. Penting membuat early warning system dalam fungsi KBRI di negara-negara yang terindikasi (produsen narkoba). Early warning system dengan fungsi interpol dan atase polisi,” kata Shiskha saat menjadi pembicara Webinar Series Geopolitik dan Ancaman Transnasional Narkotika di Tengah Pandemi yang diadakan Universitas Paramadina, Senin (22/6).
Pentingnya keberadaan atase polisi di perwakilan negara di luar negeri dipandang Shiskha patut menjadi kajian atau pembahasan mendalam.
Selain dapat menjadi early warning system, atase polisi juga dapat membantu pemulihan hubungan bilateral Indonesia dengan negara lain karena perbedaan politik negara, penerapan hukuman mati contohnya yang mengakibatkan sempat renggangnya hubungan dengan Brasil dan Australia beberapa waktu lalu.
Pembahasan mendalam juga penting mengingat banyaknya faktor lain yang muncul jika keberadaan atase polisi di KBRI diterapkan.
“Ketika bicara membuka fungsi atase baru dari perwakilan di luar megeri, tentu ada konsekuensi dan kebijakan yang muncul. Ada alokasi anggaran dan resource,” jelas Siskha.
“Perwakilan indonesia di luar yang ada fungsi atase polisi hanya di Arab Saudi, ketika ada potensj suplai baru misalnya Iran? Itu yang kemudian harus di-excercise, apakah menjadi bagian dari sistem deteksi dini. Apakah dengan adanya fungsi atase bisa mengantisipasi ketegangan diplomasi politik,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama Shiskha mengingatkan Polri dan instansi terkait untuk tak lengah terhadap penyelundupan narkoba. Terlebih di tengah pandemi, di mana seluruh negara di dunia tengah berupaya menstabilkan ekonomi yang terpuruk, termasuk Timur Tengah.
“Perlu antisipasi dan kebijakan untuk antisipasi (penyelundupan memanfaatkan momentum pandemi). Saat ini yang sudah bisa dilakukan Indonesia adalah mencegat. Trendnya meningkat, hampir menyentuh 1,7 ton sabu dari Iran beberapa waktu terakhir,” tandas Shiskha. (cuy/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kenapa Yustus Corwing yang Dibunuh Kelompok John Kei?
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan