Tiga Pemain Timnas Terlantar

Jumat, 22 Februari 2013 – 07:52 WIB
JAKARTA-Dualisme yang terjadi di dalam pengelolaan Timnas, antara Badan Tim Nasional (BTN) dan Komite Timnas membuat persiapan Timnas tak menentu. Tiga pemain yang memenuhi panggilan BTN menjadi korban dan bingung dengan dualisme pemanggilan ini.

Mario Aibekop, Anggi, dan Husin Rahaningmas adalah pemain yang harus terlantar dan menunggu kepatian pemusatan latihan sekaligus seleksi pemain TImnas. Mereka bertiga terlihat bingung dan tak memiliki kegiatan menentu di hotel yang akan dijadikan lokasi timnas menginap, di kawasan Blok S,  Jakarta Selatan, kemarin (21/2).

"Kami tidak tahu harus bagaimana, kami bingung. Sudah hampir seminggu saya di sini, tidak tahu mau latihan atau apa. Tidak ada kabar dari manajemen," katanya saat ditemui, kemarin.

Mereka kebingungan karena jadwal latihan dan seleksi yang sebelumnya dikirimkan ke mereka, pada 17-19 Februari ternyata tak berjalan. Jangan latihan bersama, para pemain yang dipanggil BTN dan seharusnya sudah berkumpul pada 17 Februari di Jakarta tak ada kejelasannya.

Selain jadwal latihan yang tak jelas, Mario bersama tiga rekannya yang lain juga mulai kebingungan untuk menutupi kebutuhannya. Meski makan bisa memanfaatkan fasilitas hotel, mereka tak memliki sedikitpun pemasukan, padahal mereka harus meninggalkan klub yang menggaji mereka.

"Kami tak ada uang saku. Kami tak tahu harus bagaimana. Persediaan semakin menipis, tapi tidak ada pegangan uang sama sekali dari manajemen," ujar pemain yang turut dalam rombongan Timnas di pertandingan pertama Pra Piala Asia, 6 Februari lalu, tersebut.

Penderitaan mereka tak berhenti di situ. Mario, Anggi, dan Husin juga masih belum mendapatkan kejelasan terkait uang ganti tiket keberangkatan mereka. Pasalnya, janji manajemen BTN yang memanggil mereka untuk menanggung biaya keberangkatan ke Jakarta dari daerah masing-masing ternyata palsu.

Mereka harus merogoh kocek sendiri untuk terbang ke Jakarta. Mario dan Husin menjadi pemain yang paling banyak mengelurkan uang tiket, Rp2,5 juta dan Rp3,2 juta  Sementara Anggi hanya mengeluarkan uang tak sampai Rp1 juta.

"Katanya langsung diklaimkan, langsung diganti. Tapi, sampai sekarang tidka tahu bagaimana pastinya. Kami saja tidak pernah ditemui di Hotel," tegasnya.

Namun, walapun tak jelas, para pemain ternyata berusaha untuk tetap bertahan dan bersikap profesional. Mereka berpikir positif bahwa jadwal latihan yang diubah pada 25 Februari nanti bisa berjalan. Namun, merka masih ketar-ketir karena pemain yang dipanggil BTN dan harusnya sudah berkumpul mulai kemarin, tak juga kelihatan di hotel.

"Kami tunggu sampai Senin (25/2). Kalau tidak kami kembali saja ke klub. Sudah tidak cukup kebutuhan, kami juga latihan tak teratur," terangnya.

Husin menjelaskan, salah satu alasan yang membuat mereka bertahan adalah karena cita-cita dan kebanggan luar biasa dipanggil Timnas. Cita-cita dari kecil yang menurutnya belum tentu bisa didapatkan pemain lain.

"Saya demi timnas tetap bertahan. Untuk jaga kondisi, kami latihan di lapangan blok S, bersama orang-orang kampung setiap sore. Kami harus profesional dan selalu siap untuk diseleksi di Timnas," ucap pemain Persemalra Tual tersebut. (aam)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Minta PSSI Lebih Serius Pembinaan Usia Muda

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler