Tiga Pendaki Tersambar Petir, Satu Tewas, Dua Pingsan

Kamis, 15 Desember 2016 – 05:51 WIB
Ilustrasi Foto: pixabay

jpnn.com - SURABAYA – Nasib tragis dialami tiga pendaki asal Surabaya yang mendaki Gunung Arjuno tersambar petir, Selasa (13/12)  pukul 13.15.

Akibatnya, seorang tewas dan dua korban pingsan serta menderita luka bakar di beberapa bagian tubuhnya.

BACA JUGA: Kala Istri Berontak Karena Hasratnya tak Terpuaskan

Korban tewas adalah Bintara Ferdiansyah, 20, mahasiswa semester lima Program Studi Pendidikan dan Kepelatihan (Penkep), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Surabaya (Unesa).

Dua korban yang luka bakar adalah M Mardiansyah mengalami cedera tangan bengkak dan Akhmad Rizky mengalami cedera dada, perut dan kaki memar.

BACA JUGA: Anak Angkat Ronaldo Ini Tak Sungkan Angkat Beras untuk Korban Gempa Aceh

Korban Bintara bersama dengan tujuh mahasiswa Unesa lainnya berangkat dari Surabaya ke Gunung Arjuno, Senin (12/12) pukul 11.50. Setelah mencapai puncak Gunung Arjuno, mereka turun pada Selasa (13/12) pukul 12.00. Saat itu, mereka bertemu dengan empat pendaki asal Surabaya.

Saat sampai di kawasan Watu Gedhe, di atas Lembah Kijang, sekitar 1,6 kilometer dari puncak Arjuno, hujan deras turun disertai petir. Ke-12 pendaki memutuskan terus melanjutkan perjalanan.
 
Sekitar pukul 13.15, tragedi sambaran petir terjadi. Saat itu, tiga pendaki berjalan beriringan paling depan, Bintara yang menggunakan payung diikuti M Mardiansyah dan Akhmad Rizky. Korban Bintara yang menderita luka serius di kepalanya.

BACA JUGA: Mengejutkan, Hasil Tes Urine Pelajar SMP, 52 Positif

Korban asal Desa Mojokampung, Kecamatan/ Kabupaten Bojonegoro itu tewas seketika. Sedangkan, dua korban asal Surabaya, M Mardiansyah dan Akhmad Rizky pingsan serta menderita luka bakar.

Proses evakuasi para pendaki yang sempat tersambar petir cukup memakan waktu. Anggota BPBD Kabupaten Pasuruan Rosul menyebut, selain medan yang cukup jauh, sekitar 9-10 jam dan pos izin pendakian, pihaknya juga terkendala kondisi jalan yang licin lantaran diguyur hujan.

Proses evakuasi para pendaki melibatkan sekitar 23 orang. Mereka terbagi dalam tiga tim. Masing-masing tim berangkat malam hari, dengan jalan kaki, naik jeep dan kendaraan amphibi milik Basarnas.         

“Normalnya (evakuasi) subuh atau pagi harinya sudah tiba di pos izin pendakian. Namun karena hujan, medan jadi sulit. Akhirnya, baru tiba siang dan sore harinya,” terangnya.

Isak tangis langsung pecah saat lima pendaki mahasiswa Unesa sampai di pos izin pendakian Tretes, Kecamatan Prigen, kemarin sekitar pukul 10.57.

Sejumlah kerabat para pendaki yang sudah standby sedari pagi di pos izin pendakian langsung menyambut dengan pelukan.

Para kerabat bersyukur mereka masih bisa bertemu dengan lima pendaki yang berhasil dievakuasi oleh para relawan itu. Maklum saja, sebelumnya rombongan pendaki ini sempat tersambar petir saat turun usai mendaki. Rombongan mahasiswa dari Unesa sejatinya ada 8 orang.

Seorang di antaranya meninggal karena tersambar petir, Bintara. Dua mahasiswa lainnya, Rico dan M. Ali Ridho terlebih dahulu sampai di pos perizinan.

Korban luka bakar, Rizky dan Mardiansyah berhasil dievakuasi sekitar pukul 12.00 siang. Begitu tiba di pos pendakian, ia langsung diangkut menggunakan ambulans dan dilarikan ke UGD Puskesmas Prigen.

Sekitar pukul 16.15, giliran jenazah Bintara yang tiba di pos izin pendakian Tretes, Prigen. Jenazahnya lantas divisum ke kamar mayat RS Bhayangkara, Pusdik Gasum, Porong.

“Para korban, semuanya berhasil terevakuasi. Dua orang pendaki selamat dan sejumlah rekan pendaki lainnya tiba lebih dulu ke bawah. Baru disusul yang tewas sore harinya,” jelas Rosul, anggota BPBD Kabupaten Pasuruan.
 
 Hujan Deras, Jalan Terus
Sejumlah pendaki mahasiswa Unesa masih nampak syok. Mereka tak percaya bahwa rekannya telah meninggal usai tersambar petir Selasa (13/12) siang lalu. Hal itu seperti yang diungkapkan Ramun.

“Kejadiannya sangat cepat, saat itu hujan disertai petir. Kami, rombongan sebanyak 12 orang jalan kaki dari puncak turun ke bawah. Tiba-tiba petir menyambar, tiga orang di barisan paling depan. Sedangkan lainnya tidak,” jelas Ramun saat ditemui di kawasan Pet Bocor, kemarin.

Ia masih ingat persis akan kejadian nahas itu, ketiga korban tersambar petir berjalan kaki di barisan paling depan. Posisi paling depan adalah Bintara. Sementara dua korban luka, ada berada di belakangnya.
 
“Saat turun hujan dan ada petir, kami memang tak berhenti. Tak lama berselang, ketiganya tersambar petir,” ucapnya.

Usai tersambar petir, Bintara kejang-kejang. Ia sempat diberi pertolongan darurat berupa napas buatan. Tapi, nyawanya tak tertolong.               

“Untuk dua pendaki lain yang tersambar petir sempat tak sadarkan diri dan lemas. Sebaliknya, rekan saya yang meninggal luka di kepala sempat kejang dan akhirnya meninggal,” katanya.

Sementara itu, sampai kemarin jalur pendakian menuju gunung Arjuno dan Welirang masih ditutup hingga batas waktu belum ditentukan.

Penutupan dilakukan baik di pos izin pendakian Tretes, Jatiarjo dan Tambakwatu, Kabupaten Pasuruan. Serta di  Lawang, Kabupaten Malang dan Sumber Brantas, Kota Batu. (zal/mie/jpg/no)  

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kecewa Berat, Anak Zainuddin MZ: Emangnya Ahok Siapa Sih?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler