jpnn.com, JAKARTA - B20 Indonesia menggelar forum dialog The Energy Transition In Growth Markets secara hybrid, Selasa (21/6).
Forum ini merupakan side events dari Task Force Energy, Sustainability & Climate (ESC) dan Task Force Future of Work and Education berkolaborasi dengan Accenture International Utilities and Energy Conference yang berlangsung pada 21-23 Juni di Roma, Italia.
BACA JUGA: PLN Suplai Listrik Ramah Lingkungan ke Pabrik Bahan Pakaian Ternama Dunia di Semarang
Mengusung tema “Maximizing The Value of The Energy Transition in Growth Markets and Paving The Way to B20", forum ini membahas masa depan industri energi di era yang mengedepankan keberlanjutan dan emisi rendah demi masa depan yang hijau dan planet yang lebih lestari.
Ini adalah masa depan yang dituntut dunia, dan pelaku bisnis atau industri yang akan menjadi pelopor dan memimpinnya ke arah sana.
BACA JUGA: Perhutani dan Pertamina Berkolaborasi Hasilkan Kredit Karbon 11,6 Juta Ton
Deputy Chair TF ESC B20 Agung Wicaksono yang juga Managing Director Jababeka Infrastruktur sebagai pengelola kawasan industri terbesar di Indonesia dalam kesempatan tersebut menyampaikan potensi dekarbonisasi menuju net zero emission, salah satunya berasal dari kawasan industri.
"Penyediaan energi terbarukan untuk perusahaan di kawasan industri yang memiliki demand yang besar akan dapat berkontribusi dalam mencapai target transisi energi," kata Agung Wicaksono dalam kesempatan tersebut.
Karena itu, Agung mengundang perusahaan di dalam B20 untuk melakukan kerja sama global yang akan menghasilkan business action yang berkontribusi terhadap target transisi energi.
Side event B20 di Roma merupakan bentuk kerja sama global yang diselenggarakan Accenture sebagai salah satu Co-Chair B20 Taskforce in ESC dengan menghadirkan B20 Indonesia, baik dari Taskforce ESC maupun Taskforce Future of Work and Education.
Agung juga menekankan pentingnya transisi energi dan peran penting Task Force ESC B20 dalam mencapai prioritas transisi energi terutama untuk mencapai net zero emission.
"Keberlanjutan perubahan iklim adalah sesuatu yang harus diperjuangkan untuk masa depan. Untuk itu, TF ESC saat ini telah menyusun rekomendasi kebijakan yang berfokus kepada tiga rekomendasi dengan 12 tindakan kebijakan yang menyerukan kerja sama global," terang Agung.
Tiga rekomendasi kebijakan yang ia sampaikan, yaitu mempercepat transisi ke penggunaan energi berkelanjutan dengan mengurangi intensitas karbon melalui beberapa jalur.
Rekomendasi kedua memastikan transisi yang adil, teratur, dan terjangkau ke penggunaan energi yang berkelanjutan.
Berikutnya, rekomendasi ketiga yakni meningkatkan ketahanan energi sehingga konsumen dapat mengakses dan mengkonsumsi energi bersih dan modern.
"Kami sedang bekerja keras untuk memastikan adanya keselarasan antara target kinerja yang telah ditetapkan B20 Italia tahun lalu dan target kinerja kami tahun ini agar ada keberlanjutannya," tegas Agung.
Untuk memastikan transisi yang adil, teratur, dan terjangkau ke penggunaan energi yang berkelanjutan, Agung menyatakan bahwa pembiayaan ke negara-negara berkembang patut diperhitungkan.
Untuk itu, menurutnya perlu dirumuskan cara mengintegrasikan keuntungan dari penetapan harga karbon ke pembiayaan transisi energi.
"Selain itu, pada transisi energi kita juga harus memikirkan aspek keamanan dan ketersediaan energi dunia," terangnya.
Artinya, jelas Agus, pada saat yang sama pihaknya memastikan bahwa selain bergerak menuju energi yang lebih hijau.
"Pada saat yang sama kami juga memastikan bahwa setiap orang mendapatkan akses ke energi bersih dan modern," jelas Agung.
Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid menambahkan saat ini pemain utama di ruang energi dan utilitas menghadapi tantangan yang tidak ringan.
Dia menilai perlu ada kolaborasi bersama menuju pengurangan emisi karbon yang signifikan dan transisi yang progresif dari energi penyumbang karbon menjadi energi yang ramah lingkungan, lebih hijau, dan berkelanjutan.
Arsjad menegaskan transisi energi yang lebih hijau bukan berarti menghentikan profit bagi perusahaan.
"Justru, langkah perusahaan yang beralih ke energi bersih akan membuat nilai lebih bagi brand dan konsumen menjadi lebih percaya serta memberikan nilai positif karena melihat komitmen pelaku bisnis bagi dunia yang lebih lestari," tutur Arsjad.
Senada juga disampaikan Ketua Penyelenggara B20 Indonesia, Shinta Kamdani yang melihat transisi energi harus memberikan manfaat, bukan menjadi suatu beban.
Transisi energi, lanjut Shinta harus dipersiapkan dengan matang termasuk juga melakukan mitigasi biaya-biaya yang dibutuhkan, serta dampak yang dapat ditimbulkan.
“Transisi energi ini tentunya membutuhkan dukungan pendanaan yang besar," ujar Shinta.
Negara-negara G20 yang berkontribusi 80 persen perekonomian dunia diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap proses transisi ini.
"Ada beberapa prioritas utama yang mesti dikedepankan dalam transisi energi ini, seperti aksesibilitas, teknologi, dan pendanaan,” sebut Shinta.
Acara dimoderatori Gianfranco Casati dan Valentin de Miguel dari Accenture yang merupakan Co-Chair dan Deputy Co-Chair dari B20 Taskforce ESC.
Pembicara utama lainnya juga hadir, yaitu Chair B20 Future of Work & Education Task Force/President Director of Astra Otoparts/ Director of PT Astra International Tbk Hamdhani D Salim, dan Co Chair B20 Future of Work & Education Task Force/IOE Vice President to The ILO Renate Hornung Draus.
Selain juga hadir sebagai pembicara utama, yaitu WEF Head of Energy, Material and Infrastructure Kristen Panerali, dan ENI Evolution CEO Giuseppe Ricci. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi