jpnn.com - Diduga bocah lelaki itu "dibuang" orang tuanya karena sakit. Untung, ada keluarga pedagang sayur yang peduli dan memungutnya sebagai anak. Rabu malam (24/4) Angga dibawa ke Rumah Sakit Umum Murni Teguh, Jalan Jawa, Medan, Sumatera Utara (Sumut). Sampai kemarin (25/4) dia masih dirawat di bed 12 A, lantai 3, kelas 3A rumah sakit tersebut. Sebelum ditolong keluarga Eli, pedagang sayur di Pusat Pasar Medan, sekitar tiga tahun Angga harus hidup di jalanan. Tiap malam dia mengendap-endap masuk ke halaman rumah sederhana Eli di Jalan Pala, Perumnas Simalingkar, lalu menumpang tidur di salah satu sudut teras rumah tersebut.
"Mulanya kupikir siapa yang tidur di teras rumahku. Ternyata dia seorang bocah. Badannya bungkuk, mukanya pucat, dan memelas sekali. Dia tampak kedinginan," kata Eli.
Saat pertama melihat Angga tidur di teras rumahnya, Eli mengaku sempat curiga bocah itu pencuri. Maklum, saat itu banyak kasus kemalingan di sekitar tempat tinggalnya. "Namun, setelah melihat kondisi fisiknya, kami akhirnya mengajak Angga tinggal di rumah," ujar Eli, yang kemarin menunggui Angga ditemani tetangganya, Sifa.
Dijelaskan, menurut cerita Angga, saat bayi dirinya pernah jatuh dari tempat tidur. Akibatnya, Angga menderita patah tulang belakang. Karena tak memiliki biaya, Angga tak diobatkan oleh orang tuanya. Bahkan, saat usianya menginjak 5 tahun, Angga ditinggalkan orang tuanya.
"Katanya, mamak dan bapaknya bercerai. Anak dibagi dua. Yang perempuan ikut ibunya, si Angga ikut bapaknya. Tapi, si bapak akhirnya meninggalkan Angga. Sudah tiga tahun lebih dia telantar di jalanan sebelum kami angkat anak," terang Eli.
Sudah lima bulan Angga tinggal di keluarga Eli. Selama itu dia berlaku baik dan santun. Bahkan, dengan kondisi fisik yang serba terbatas, Angga masih berusaha membantu mencuci piring dan mengantar anak Eli yang masih TK ke sekolah. "Meski jalannya bungkuk, Angga tetap berusaha membantu kami di rumah. Anaknya baik. Kasihan, orang tuanya tidak peduli," katanya.
Menurut dokter, Angga mengalami kebocoran sumsum tulang belakang akibat jatuh dari tempat tidur waktu bayi. Eli baru tahu kondisi itu saat Angga meringis dan mengeluh kesakitan di pinggul kiri. Saat diperiksakan, ternyata ada luka menyerupai kudis berwarna putih di pinggul Angga. Luka itu mengeluarkan banyak cairan sampai celana Angga kerap basah.
"Kupikir Angga ngompol, ternyata tidak. Ada luka seperti bernanah di pinggulnya. Dia memang tidak menangis, mengeluh pun tidak. Sabar sekali anak itu. Tak tega kami melihatnya kesakitan," ujar Eli dengan mata basah.
Terdorong rasa kasihan, Eli mengajak Angga ke rumah sakit. Dokter bilang, penyakit di pinggul Angga itu bukan luka biasa. Itu tulang sumsum yang bocor. "Tulang belakangnya patah, jadi sumsum tulang atasnya terus turun menembus daging hingga pinggul. Harus segera dioperasi. Kalau cuma diobati pakai salep, tak akan sembuh," kata Eli.
Eli mengaku sangat menyayangi Angga. Namun, dia tidak punya cukup uang untuk mengobatkan anak itu. "Dia kan harus dioperasi. Biasanya pasti besar. Saya tidak punya uang," kata Eli sedih.
Karena itu, Eli bersyukur ketika ada pihak yang akan membawa Angga berobat ke luar negeri. "Kami dengar informasi tentang anak ini dari seorang wartawan. Kemarin kami bawa dia ke RS Columbia untuk melihat keadaannya. Tapi, di sana kami dirujuk ke RS Murni Teguh," tutur Sekretaris Rotary Club Medan Deli Rotarian Henry saat mengunjungi Angga kemarin.
Menurut Henry, Angga tidak bisa berjalan tegak. Kondisi itu berawal dari jatuh hingga tulang punggungnya patah waktu bayi. Karena tidak diobati, di pinggang dan bokong si kecil terjadi infeksi. "Di bokong dan pinggangnya sudah banyak nanah. Karena itu, dia tidak bisa jalan tegak," katanya.
Dia menambahkan, Angga hanya mampu berdiri tegak dengan meletakkan kedua tangan di bagian lutut. Menurut rencana, Angga dibawa ke sebuah rumah sakit di Taiwan.
"Angga diyakni sudah terkena TB tulang. Kondisinya sangat memprihatinkan. Mungkin dia selalu kena udara dingin pagi, panas, dan hujan selama telantar di jalanan. Kami sedang mengurus paspornya. Agak sulit, memang. Sebab, anak ini tidak punya akta kelahiran dan surat keterangan lain. Tapi, kami akan terus usahakan," ujarnya.
Menurut Angga, dia memiliki orang tua dan kakak. Namun, sejauh ini tak ada yang mencarinya. "Angga bilang ingat ayah, ibu, dan kakaknya. Dia juga ingat tempat mereka tinggal. Tapi, saat dia ke sana, rumahnya sudah kosong. Ayah dan ibunya tidak tahu ke mana. Saya tidak sampai hati melihatnya. Karena itu, saya jenguk kemari," ujar Henry. (put/jpnn/c2/soe)
BACA JUGA: Berharap Ijazah SMP untuk Cari Kerja
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingin jadi Penghibur, Selalu Jaga Penampilan
Redaktur : Tim Redaksi