jpnn.com, MOJOKERTO - SDN Kesiman, Mojokerto, Jatim kekurangan murid. Di antara enam kelas yang tersedia, hanya dua ruang yang aktif dalam proses belajar-mengajar (PBM).
Jumlah muridnya pun sangat minim, hanya 14 siswa.
BACA JUGA: Sekolah di Bukit, Pemandangan Indah Tapi Tak Ada Siswa
Kepala SDN Kesiman Wiyono menyatakan, 14 siswa tersebut terbagi dalam dua kelas.
Yakni, delapan siswa di kelas IV, sedangkan enam siswa di kelas VI.
"Jadi, empat kelas yang lain kosong karena tidak ada siswanya," ujarnya kemarin.
Menurut Wiyono, minimnya jumlah peserta didik tersebut terjadi dalam rentang waktu lima tahun.
Penyebabnya, jumlah lulusan tidak sebanding dengan jumlah siswa baru.
Parahnya lagi, selama tiga tahun terakhir, tak ada satu pun siswa yang mendaftarkan diri dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) di SDN Kesiman.
"Setiap tahun kami selalu buka PPDB. Hanya tidak ada siswa baru yang masuk," terangnya.
Dengan demikian, apabila pada tahun pelajaran 2017-2018 tak mendapatkan siswa baru, otomatis jumlah muridnya hanya delapan siswa.
Dengan catatan, enam siswa di kelas VI dinyatakan lulus semua. "Tahun ini kami tetap buka PPDB. Sebab, kalau bisa, sekolah ini jangan sampai hilang," paparnya.
Mantan kepala SDN Cepokolimo tersebut tidak mengetahui pasti alasan mimimnya minat warga untuk mendaftar ke sekolah di Dusun/Desa Kesiman.
Padahal, ucap Wiyono, dari enam kelas yang ada, kondisi semua ruangan masih layak. Termasuk sarana-prasarana seperti bangku dan kursi.
Namun, warga setempat lebih memilih mendaftarkan anaknya ke sekolah lain.
Terlebih, terdapat dua lembaga swasta setingkat SD di wilayah Desa Kesiman.
"Selain itu, masih ada siswa yang lebih memilih sekolah di luar wilayah desa," ujar Wiyono.
Pria yang berdomisili di Pacet itu mengungkapkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan kepada kepala desa setempat maupun unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Pendidikan (Dispendik) Kecamatan Trawas untuk mencanangkan PPDB Juli mendatang.
Dia berharap sekolah yang dipimpin bisa menjaring peserta didik baru agar bisa tetap melanjutkan proses belajar-mengajar.
"Entah dapat berapa (siswa) nanti, yang penting tetap kami hidupkan," ujarnya. (ram/ris/c21/diq/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia