JAMBI – Sebanyak tiga tim dikerahkan untuk memburu harimau Sumatera yang berkeliaran dan meresahkan warga. Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi, Tri Siswo Rahardjo, ketika dikonfirmasi mengakui hal itu. Menurutnya, Tim itu yakni dari BKSDA Provinsi Jambi, BKSDA Provinsi Sumatera Selatan dan tim dari Taman Safari Bogor.
‘‘Benar, saat ini sudah ada tiga tim yang berada di lapangan dalam upaya menangkap seekor Harimau Sumatera yang saat ini telah mengarah ke wilayah perbatasan antara Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan,’‘ jelasnya, Selasa (12/3).
Ditegaskannya, tim saat ini terus berkoordinasi dan melakukan berbagai langkah strategis untuk menangkap Harimau Sumatera tersebut. ‘‘Sekarang tim masih di lapangan dan memang belum berhasil menangkapnya. Nanti kalau ada perkembangan akan diinfokan,’‘ tambahnya.
Disinggung apakah akan ada upaya untuk menggiring atau mengarahkan Harimau itu ke salah satu areal konservasi di perbatasan Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan, yakni Hutan Harapan, Tri Siswo membantahnya. ‘‘Karena perubahan perilaku dari Harimau Sumatera ini telah terlalu jauh. Maka tidak akan mungkin bisa kembali seperti semula jika digiring atau dikembalikan ke habitatnya. Sehingga opsi terakhir adalah penangkapan. Setelah itu baru dilakukan langkah lanjutan. Termasuk pengobatan atau hal lainnya,’‘ ungkap Tri.
Dia juga mengungkapkan, salah satu kendala dari pihaknya untuk menangkap raja hutan ini adalah informasi yang menyesatkan dari masyarakat. Termasuk adanya informasi warga yang menyatakan ada dua ekor Harimau Sumatera yang berbeda. ‘‘Itu membuat upaya menelusuri jejak dari Harimau Sumatera itu menjadi semakin sulit. Termasuk perubahan perilaku dari hewan buas itu sendiri,’‘ sebutnya.
‘‘Namun kami sudah memastikan jika Harimau Sumatera yang berkeliaran di wilayah Kabupaten Tanjungjabung Barat, Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Muarojambi adalah hewan yang sama,’‘ tandasnya.
Sementara itu, Sartono, salah seorang anggota BKSDA saat di hubungi via ponselnya kemarin (10/3) mengatakan, bahwa anggota BKSDA jambi telah bergabung dengan anggota BKSDA Sumsel, “Kita telah gabung dengan BKSDA SUmsel sejak hari Jumat (8/3) lalu,’’ katanya.
Ditambahkan Sartono bergabungnya BKSDA Jambi dan BKSDA Sumsel dikarenakan adanya masyarakat yang mendengar auman harimau disekitar perbatasan Jambi dan Sumsel. “Kita bergabung dengan BKSDA Sumsel biar mudah seandainya harimau tersebut pergi kearah Sumsel, menurut informasi ada masyarakat di sekitar perbatasan yang mendengar auman harimau, tapi kita belum bisa memastikan, karena belum bertemu dengan jejak harimau itu,” katanya.
Harimau yang dicari-cari selama ini terakhir kali terlihat di Simpang Gudang, pada hari rabu (6/3). ‘’Harimau itu terakhir terlihat di Simpang Gudang Tempino, hari Rabu sekitar jam 17.30 wib, kita ketemu langsung, tapi tidak sempat kita tembak, karena sudah sore,” pungkas Sartono. (wsn/cr8)
‘‘Benar, saat ini sudah ada tiga tim yang berada di lapangan dalam upaya menangkap seekor Harimau Sumatera yang saat ini telah mengarah ke wilayah perbatasan antara Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan,’‘ jelasnya, Selasa (12/3).
Ditegaskannya, tim saat ini terus berkoordinasi dan melakukan berbagai langkah strategis untuk menangkap Harimau Sumatera tersebut. ‘‘Sekarang tim masih di lapangan dan memang belum berhasil menangkapnya. Nanti kalau ada perkembangan akan diinfokan,’‘ tambahnya.
Disinggung apakah akan ada upaya untuk menggiring atau mengarahkan Harimau itu ke salah satu areal konservasi di perbatasan Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan, yakni Hutan Harapan, Tri Siswo membantahnya. ‘‘Karena perubahan perilaku dari Harimau Sumatera ini telah terlalu jauh. Maka tidak akan mungkin bisa kembali seperti semula jika digiring atau dikembalikan ke habitatnya. Sehingga opsi terakhir adalah penangkapan. Setelah itu baru dilakukan langkah lanjutan. Termasuk pengobatan atau hal lainnya,’‘ ungkap Tri.
Dia juga mengungkapkan, salah satu kendala dari pihaknya untuk menangkap raja hutan ini adalah informasi yang menyesatkan dari masyarakat. Termasuk adanya informasi warga yang menyatakan ada dua ekor Harimau Sumatera yang berbeda. ‘‘Itu membuat upaya menelusuri jejak dari Harimau Sumatera itu menjadi semakin sulit. Termasuk perubahan perilaku dari hewan buas itu sendiri,’‘ sebutnya.
‘‘Namun kami sudah memastikan jika Harimau Sumatera yang berkeliaran di wilayah Kabupaten Tanjungjabung Barat, Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Muarojambi adalah hewan yang sama,’‘ tandasnya.
Sementara itu, Sartono, salah seorang anggota BKSDA saat di hubungi via ponselnya kemarin (10/3) mengatakan, bahwa anggota BKSDA jambi telah bergabung dengan anggota BKSDA Sumsel, “Kita telah gabung dengan BKSDA SUmsel sejak hari Jumat (8/3) lalu,’’ katanya.
Ditambahkan Sartono bergabungnya BKSDA Jambi dan BKSDA Sumsel dikarenakan adanya masyarakat yang mendengar auman harimau disekitar perbatasan Jambi dan Sumsel. “Kita bergabung dengan BKSDA Sumsel biar mudah seandainya harimau tersebut pergi kearah Sumsel, menurut informasi ada masyarakat di sekitar perbatasan yang mendengar auman harimau, tapi kita belum bisa memastikan, karena belum bertemu dengan jejak harimau itu,” katanya.
Harimau yang dicari-cari selama ini terakhir kali terlihat di Simpang Gudang, pada hari rabu (6/3). ‘’Harimau itu terakhir terlihat di Simpang Gudang Tempino, hari Rabu sekitar jam 17.30 wib, kita ketemu langsung, tapi tidak sempat kita tembak, karena sudah sore,” pungkas Sartono. (wsn/cr8)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dana Safari PKS, Ditemukan 10 Pelanggaran
Redaktur : Tim Redaksi