TERIK siang tak mengurangi hasrat dua sejoli yang bukan pasangan sah, memadu kasih ke sebuah hamparan semak belukar di Kecamatan Sebulu, Kukar. Yang pria menggunakan sepeda motor Suzuki Shogun, sedang yang perempuan menggunakan Yamaha Mio. Pasangan ini belakangan diketahui masih duduk di bangku SMP di Sebulu. Mereka terinspirasi sebuah video dewasa. Lahan kosong pun menjadi sasaran mereka untuk melancarkan aksi terlarang.
Tak ingin kehilangan momen, mereka merekamnya dalam sebuah telepon seluler yang dilengkapi kamera video. Film biru yang pernah ditontonnya ditiru. Belakangan video porno berdurasi 6,36 menit yang mereka buat itu tersebar, setelah ponsel tempat rekaman itu jatuh ke tangan orang lain. Begitulah rata-rata awal beredarnya video semacam ini.
Suatu ketika hal itu ketahuan orangtua pemeran perempuan. Diadukanlah, pemeran laki-laki itu ke kepolisian setempat dan diproses secara hukum. Beberapa pekan berlalu, seolah masalah asusila itu telah berakhir. Tapi, nyatanya tidak demikian. Warga kembali heboh dengan tersebarnya video porno tersebut.
Selain di Sebulu, video mesum lainnya berdurasi 3 menit 34 detik mencuat di Tenggarong. Modus operandinya, seorang perempuan digauli secara bergiliran oleh beberapa lelaki. Lebih memilukan lagi, komunikasi di antaranya cukup nyaring dengan dialek suku tertentu.
Sebelum video Sebulu dan Tenggarong ini mencuat, ada satu video memilukan muncul bulan ini. Pemeran video ini disebut-sebut adalah pelajar SMP di Sangasanga. Beredarnya video porno di Sangasanga itu juga bukan kali pertama. Tahun lalu, video porno yang diperankan dua perempuan (lesbian) itu sempat menggegerkan Kota Wisata Juang. Hubungan sesama jenis itu direkam dalam sebuah telepon genggam selama 15 menit. Pelakunya berasal dari Sangasanga dan Samarinda.
Pada tahun yang sama penyebaran video porno terjadi di Kecamatan Muara Jawa. Polsek Muara Jawa pun ketika itu dengan cepat mengendus keberadaan pelakunya. Tak butuh waktu lama, kedua pelaku diamankan di Mapolsek Muara Jawa.
Penyebaran film porno yang diperagakan oleh warga di Kukar, sepertinya terus terulang. Mayoritas pemeran dalam video itu dilakukan oleh anak di bawah umur. Umumnya mereka adalah pelajar di sebuah SMA dan SMP.
Sekretaris Dinas Kesehatan (Diskes) Kukar Jantje Taroreh mengatakan, saat ini zaman sudah semakin modern. Anak hingga remaja dengan mudahnya mengakses internet. Tak sedikit pula anak usia dini sudah memiliki telepon genggam. Zaman yang terus bergulir, membuat rada sulit untuk menangkal hal yang negatif. Apalagi dengan ponsel sudah bisa mengakses video porno. Bahkan, ponsel kerap kali menjadi alat untuk mengabadikan hubungan intim.
Semakin canggihnya elektronik, membuat anak di bawah umur dengan mudahnya melihat tayangan dewasa. Itu yang membuat anak-anak pada usia labil atau masa puber, punya rasa keingintahuan cukup tinggi. Hal yang negatif kerap kali dicoba, meski hanya karena rasa penasaran.
Menurut dia, pembinaan orangtua kepada anak yang kurang intensif, pemahaman agama yang minim, dan pendidikan di sekolah turut memengaruhi anak untuk melakukan tindakan tak senonoh.
Palang pintu terakhir supaya anak tidak melakukan hal-hal buruk seperti pergaulan bebas, perlu ditingkatkan pemahaman agama dan perhatian orangtua. Orangtua harus bisa memastikan anak berangkat sekolah pada pukul berapa, begitu juga dengan saat waktu pulang sekolah.
Sebab, selepas pulang sekolah, banyak anak yang tak langsung balik ke rumah. Melainkan mereka bermain dengan teman-temannya. Tindakan negatif biasanya muncul pada saat seperti ini.
Yang tadinya si anak memiliki perilaku yang baik, karena bergaul dengan teman berperilaku buruk, akhirnya tertular. “Kalau pemahaman agamanya tinggi dan perhatian orangtua juga besar. Saya rasa hal negatif tidak akan masuk ke diri anak-anak,” jelasnya.
Diskes memiliki program pencegahan seks bebas dengan melibatkan Puskesmas dan rumah sakit di Kukar. Biasanya melakukan penyuluhan tentang bahaya seks bebas yang bisa mengakibatkan HIV/AIDS. Bahkan virus ini bisa mengakibatkan kematian.
Sedangkan di sekolah, pihaknya membuat program Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Biasanya ada tim penyuluhan yang memberikan pemahaman seputar pergaulan bebas. Hanya, semua tergantung dari pribadi siswa masing-masing. Jika mereka memahami sosialisasi dan penyuluhan, kemungkinan besar siswa tak akan melakukan tindakan tak senonoh.
Kepala Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BKBP3A) Kukar Aji Lina Rodiah mengatakan, selama ini belum ada laporan adanya peredaran video porno kepada pihaknya.
Kendati begitu, sejumlah cara sudah dilakukan oleh BKBP3A Kukar untuk mencegah anak usia dini melakukan tindakan tidak senonoh. Pihaknya sejak 2010 telah membentuk Forum Anak Kukar. Perkumpulan ini sejenis komunitas yang anggotanya merupakan anak usia dini.
Kini perkumpulan forum anak ini tak hanya di tingkat kabupaten. Tapi sudah mulai menyebar hingga kecamatan dan kelurahan. Tiap bulan biasanya forum anak ini memiliki aktivitas, seperti mengenalkan perilaku hidup yang baik, mencegah pergaulan bebas, hingga bahaya HIV/AIDS.
Selain itu, pihaknya juga sudah sering kali menyosialisasikan bahaya seks bebas di kalangan pelajar. Lina mengatakan, seorang anak di bawah umur yang menjadi pelaku video porno, sejatinya diberlakukan sesuai usianya. Jika ada pihak tertentu atau polisi yang mengasarinya, itu melanggar hukum. “Kami siap mendampingi anak itu (pelaku video porno, Red). Meski anak itu adalah pelakunya, tapi tetap dia adalah anak usia dini, yang butuh perlindungan dan bimbingan,” jelasnya. (rom/kri/far/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahasiswa Papua Bentrok, Satu Tewas
Redaktur : Tim Redaksi