Tiket Ludes, Calon Penumpang Terlantar

Terpaksa Nginap di Pelabuhan

Jumat, 24 Agustus 2012 – 20:12 WIB
PONTIANAK – Puluhan calon penumpang pesawat di Bandar Udara Supadio, Kubu Raya, dan di Pelabuhan Dwikora Pontianak, terlantar karena tak mendapatkan tiket, Jumat (24/8). Membludaknya jumlah calon penumpang menjadi salah satu penyebab tak semuanya dapat tiket untuk pulang.

Kepala Dinas Operasional PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Supadio Pontianak, Syarif Usmulyani, menyatakan sejak tiga hari terakhir para penumpang kesulitan mendapatkan tiket pesawat.

Menurutnya, hampir semua maskapai penerbangan kehabisan tiket, setelah satu jam membuka penjualan. Ini berakibat banyaknya masyarakat yang tak kebagian tiket. Padahal, uang sudah disiapkan untuk membeli di Bandara Supadio.

Dijelaskan Usmulyani, hal itu disebabkan kuota angkutan pesawat sudah tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. “Meski maskapai penerbangan dengan rute luar Kalimantan sudah menambah jam terbangnya, tapi tetap saja masih banyak penumpang yang tidak dapat tiket,” katanya, Jumat (24/8).

Ia menambahkan banyak penumpang yang sudah siap berangkat namun gagal karena tidak dapat tiket. “Kondisi ini diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga pekan depan,” kata Usmulyani.

Dia menyatakan, salah satu penyebab tiket habis karena lonjakan penumpang pada arus mudik dan balik lebaran tahun ini. Menurutnya, jumlah tahun ini meningkat signifikan dari sebelumnya. Dijelaskan dia, tahun lalu penumpang arus balik meningkat 27 persen  hingga 30 persen. “Tapi, tahun ini sudah mencapai 40 persen,” tegasnya.

Ia menilai, peningkatan ini sangat tajam sekali yang berujung banyak penumpang yang tidak mendapatkan tiket. Lantas apa solusinya? Dijelaskan Usmulyani, guna mengantisipasi hal tersebut sudah ada tiga maskapai penerbangan yang kembali menambah jam terbangnya. Yakni, Batavia Air, Sriwijaya Air, dan Lion Air.

Dia menambahkan, meski harga tiket yang dijual seluruh maskapai sudah pada batas atas, berkisar antara Rp1.050.000 hingga Rp1,2 juta, namun tetap saja ludes terjual. Kondisi ini, menurut dia, menunjukkan permintaan yang sangat tinggi dari masyarakat atas jasa penerbangan.

“Kita juga tidak bisa berbuat banyak untuk hal ini, karena daya tahan dan standar landasan yang ada di Bandara Supadio belum bisa didarati oleh pesawat berbadan lebar," bebernya.

Lebih jauh Usmulyani menyatakan, jika permasalahan ini tidak diantisipasi dan ditanggapi dari sekarang, dipastikan tahun depan akan terulang lagi dan merugikan masyarakat Kalbar.  “Perlu langkah cepat dari pemerintah daerah untuk mengatasi masalah ini,” katanya.

Dia menjelaskan, Angkasa Pura sendiri sudah berupaya untuk meningkatkan kapasitas dan daya tampung bandara. “Nah, untuk meningkatkan kapasitas landasan, tentu membutuhkan peran serta dari pemerintah baik pusat maupun daerah,"  pungkas Usmulyani.

Sementara, dari Pelabuhan Dwikora Pontianak terpantau, sejumlah penumpang terpaksa menunggu keberangkatan berikutnya karena tidak mendapatkan tiket. Kuswandi (50), salah seorang calon penumpang terpaksa memilih menginap di teras pelabuhan. “Terpaksa nginap di sini (pelabuhan) malam ini,” katanya, Jumat (24/8).

Sedianya, Kuswandi dan beberapa kerabat lain akan berlayar ke Jakarta, kemarin sore. Ia bekerja di salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Sanggau. Ia datang dari Sanggau ke pelabuhan tidak memegang tiket. “Tidak dapat tiket. Memang tidak kebagian lagi,” katanya.

Sebenarnya, dia mengakui, akan berangkat dengan KM Mabuhay ke Jakarta petang kemarin. Awalnya dia dijanjikan rekan yang mengurus tiket, bisa berangkat sore itu.  “Tadi kapal kabarnya berangkatnya jam lima sore. Awalnya, dijanjikan sudah ada tiket,  tapi sampai disini sudah tidak ada. Jadi, tidak dapat berangkat," katanya.

Lantas ia pun harus mengalihkan waktu keberangkatannya pada Sabtu (25/8). “Berangkat besok (hari ini), pakai kapal yang lebih kecil,” ujarnya. “Terpaksa kami nginap disini (pelabuhan)," imbuhnya.

Calon penumpang lain, M. Mahrozy, mengaku tidak bisa berangkat karena kapal sudah penuh. Menurutnya, hal itu karena banyak penumpang yang harusnya berangkat lewat jalur Semarang naik ke kapal tujuan Jakarta. “Harusnya kapal ke Jakarta sendiri, ke Semarang sendiri. Karena, yang Semarang gelombang besar, jadi kapalnya tidak berani. Jadi, yang Semarang ikut naik kapal ke Jakarta, jadi kapal tidak muat lagi,” imbuhnya. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Astaga, 436 PNS di Pemkot Samarinda Bolos

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler