Industri penerbangan dan hotel ada dua sektor yang termasuk paling terkena dampak akibat pembatasan pergerakan internasional di banyak negara saat pandemi COVID-19.

Sambil menunggu berakhirnya pandemi, muncul ide baru untuk menggerakkan dua industri tersebut dengan menawarkan penerbangan melihat tempat wisata dari udara serta menikmati liburan dari hotel berbintang di kota sendiri.

BACA JUGA: Tingginya Stigma Terhadap Pasien COVID-19 di Indonesia, Sangat Memprihatinkan

Maskapai penerbangan utama Australia, Qantas sekarang menawarkan paket bernama 'Great Southern Land', dengan yang paling murah seharga AU$787, atau sekitar Rp 8 juta, untuk kelas ekonomi.

Penerbangan akan dimulai dari Sydney dan berakhir di Sydney juga.

BACA JUGA: Lockdown Dilonggarkan, Warga Indonesia di Pedalaman Victoria Tersenyum Lagi

Di luar dugaan, menurut Qantas, hanya dalam waktu 10 menit sejak ditawarkan, 130 orang sudah membeli tiket untuk penerbangan tersebut. Photo: Perbatasan NSW dengan Queensland masih ditutup namun penumpang bisa melihat keindahan Great Barrier Reef dari udara. (Lisa Michele Burns)

 

BACA JUGA: Warga Australia Tetap Semangat Belajar Bahasa Indonesia Online di Tengah Pandemi

"Kami tahu penerbangan ini akan populer namun kami tidak menduga akan habis dipesan dalam waktu 10 menit," kata juru bicara Qantas.

"Ini mungkin penerbangan yang terjual paling cepat dalam sejarah Qantas.

"Banyak orang tampaknya memang rindu untuk terbang dan merasakan penerbangan."

Dalam penerbangan selama tujuh jam, penumpang akan dibawa melihat tempat wisata ikonik di Australia, seperti Great Barrier Reef atau Uluru, yang sekarang masih ditutup karena pembatasan perbatasan negara bagian masih diberlakukan.

Dari ketinggian 4 ribu kaki, para penumpang juga akan bisa melihat tempat wisata seperti Kata Tjuta, Byron Bay, Bondi Beach dan Sydney Harbour.

Kapten David Summergreene akan menjadi pilot penerbangan yang akan dilakukan 10 Oktober dan ia mengatakan "senang sekali" bisa terbang lagi setelah beberapa bulan tidak terbang.

"Ini akan mengingatkan saya ke masa dulu di awal saya belajar terbang, dengan pesawat ringan terbang rendah," katanya. Photo: Penerbangan akan diakhiri dengan mengitari Sydney Harbour Bridge dan Opera House. (Graeme Powell, file photo: ABC)

 

CEO Qantas, Alan Joyce mengatakan penerbangan "Great Southern Land" merupakan salah satu usaha untuk perusahaannya bertahan sejauh ini.

"Penerbangan ini berarti kerja bagi staf, yang tentu lebih bersemangat dibandingkan yang lain untuk bisa melihat pesawat terbang lagi di udara," katanya.

Qantas mengatakan tidak menutup kemungkinan menyelenggarakan penerbangan serupa di masa depan, melihat model penerbangan serupa sudah dilakukan juga oleh maskapai penerbangan di Asia.

Maskapai Taiwan EVA baru-baru ini menyelenggarakan penerbangan serupa memperingati 'Father's Day', begitu juga maskapai Jepang ANA yang membawa penumpang mengitari Hawaii selama 90 menit pada bulan lalu.

Singapore Airlines juga sedang mempertimbangkan hal serupa untuk terbang dari dan kembali ke Bandara Changi. Berlibur di kota sendiri di hotel bintang lima Photo: Hotel bintang lima di Sydney menjual paket agar warga mau berlibur di kota sendiri. (AAP: Mick Tsikas)

 

Sementara itu beberapa hotel berbintang lima di Sydney mulai menawarkan paket liburan bagi warganya untuk berlibur di kota sendiri.

Paket model ini yang disebut sebagai 'bed and breakfast' tidaklah banyak dilakukan oleh hotel bintang lima yang lebih biasa menjamu tamu-tamu internasional dari mancanegara.

Tapi kini Hotel Hyatt Regency, yang merupakan hotel terbesar di Australia dengan 892 kamar mulai menawarkannya.

"Kami memiliki beberapa acara besar yang akan terjadi bulan Maret dan April, namun semua harus dibatalkan ketika perbatasan ditutup," kata manajer umum hotel Jane Lyons.

Sebagian besar hotel di Sydney sepi sejak Maret lalu, karenanya Hyatt Regency sekarang mengincar warga biasa untuk menginap.

"Kita sudah sering bepergian ke luar negeri dan menghabiskan liburan di luar Australia, namun saya kira kita kadang perlu diingatkan mengenai banyaknya hal yang bisa ditawarkan oleh Sydney."

"Kami berusaha menarik pasar keluarga dengan paket bed and breakfast, dimana dulunya secara tradisional hotel-hotel besar tidak melakukannya lagi," tambah Jane.

Ia mengatakan dirinya masih masih optimistis jika para pelancong bisnis akan kembali lagi, meski sekarang semakin banyak orang bekerja dari rumah.

"Saya kira kita tidak bisa menggantikan suasana emosional pertemuan secara langsung, dan itulah yang kami dengar dari mereka yang banyak bergerak di bidang bisnis," jelasnya.

Di awal bulan September tingkat hunian hotel di Sydney turun 64 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, bahkan di bulan Maeret tingkat hunian pernah turun hampir 90 persen.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dengan artikel dalam bahasa Inggris mengenai penerbangan dan hotel

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tes untuk Jadi Warga Negara Australia Dipersulit

Berita Terkait