Seperti diberitakan AFP dan dikutip situs FoxNews, Kamis (19/3), penerbangan bantuan yang tertunda itu berhasil dilakukan saat "jeda" badai
BACA JUGA: Pakistan Tentang Keras Rencana Militer AS
Para penjelajah asal Inggris yang harus terdampar itu sendiri dikabarkan benar-benar nyaris kehabisan makanan."Kami lapar, dinginnya sangat menyiksa, dan kantung tidur kami sudah penuh dengan es," ungkap pimpinan ekspedisi, Pen Hadow, dalam komunikasinya via e-mail.
"Menunggu (di sini) benar-benar merupakan bagian terburuk dari ekspedisi, karena kami berada tepat di pangkuan dewa-dewa cuaca," lanjutnya.
Ketiga peneliti tersebut, masing-masing Pen Hadow, Martin Hartley dan Ann Daniels, memulai perjalanan 85 hari mereka ke Kutub Utara pada tanggal 28 Februari lalu
Seperti diberitakan AFP pula, dengan cuaca buruk yang mengganggu kelancaran pengiriman suplai makanan dan perlengkapan lain, keadaan tim tersebut memang buruk
BACA JUGA: Warga AS Diperingatkan Hindari Bar dan Klub di Tokyo
Mereka dikatakan berada pada kondisi kurang dari separuh kemungkinan untuk bertahan, lantaran harus menghadapi suhu minus, dan dipastikan tak dapat melanjutkan perjalanan."Akan sangat melegakan jika bisa mendapatkan bantuan makanan kami," ucap Hadow pula
BACA JUGA: Paus: Kondom Tidak Tangkal AIDS
Ekspedisi itu sendiri, saat ini diharapkan bisa sampai ke tujuan pada akhir Mei mendatang(ito/JPNN)BACA ARTIKEL LAINNYA... Berwisata Medan Perang di Provinsi Khuzestan
Redaktur : Tim Redaksi