Sebuah tim dengan misi 6 minggu untuk menggali salah satu Mawson Hut atau Gubuk Mawson di Antartika telah berhasil membersihkan salju dan es terakhir dari bangunan itu, menyingkap artefak berusia lebih dari 100 tahun.
Tim ini baru saja kembali dari sebuah misi ke Cape Denison di Antartika sebagai bagian dari program lembaga Divisi Antartika dan Yayasan Mawson’s Hut.
BACA JUGA: Komunitas Indonesia di Melbourne Ikut Ramaikan Parade Australia Day
Douglas Mawson adalah penjelajah Antartika dari Australia yang memimpin Ekspedisi Antartika Australasian pada tahun 1911.
Sejumlah gergaji digunakan untuk membersihkan es tebal dari dalam Gubuk Mawson dan tempat tinggal utama tim-nya, menyingkap ember kayu, kaleng makanan dan helm penahan dingin.
BACA JUGA: Semakin Marak Berwisata Sambil Menjadi Relawan di Queensland
Pemimpin ekspedisi, yakni Marty Passingham dari Yayasan Mawson’s Huts, mengatakan, ekspedisi ini mengutamakan penggalian es terakhir yang telah membuka jalan ke dalam gubuk.
"Ini pertama kalinya sejak waktu yang sangat lama bahwa kami telah mampu masuk ke dalam dan mendapat suasana yang tepat dan benar tentang bagaimana bangunan itu ketika ekspedisi AAE dilakukan dan bagaimana kehidupan di dalamnya, dan juga artefak yang kami temukan membantu menceritakan kondisi saat itu," jelasnya.
BACA JUGA: Mayoritas Anggota Parlemen Australia dari Partai Pemerintah Tolak Pernikahan Gay
Ia menyaut, "Ini penuh hal-hal menakjubkan."
Marty mengatakan, dalam ekspedisi sebelumnya, timbunan es di dalam gubuk berasal dari atap yang jatuh ke lantai.
"Ini adalah es dalam jumlah besar yang terakumulasi ... skala itu bisa terjadi cukup cepat. Apa yang kami tinggalkan yaitu es setinggi setengah meter dari lantai, yang telah ada di sana selama beberapa waktu," tuturnya.
Ia mengutarakan, ia dan timnya tak sampai siap mengatakan lapisan es tak lagi memasuki gubuk, ketika mereka mampu menghilangkan lapisan akhir.
"Pada akhir era 2000-an, ada atap baru yang diletakkan di atasnya dan kami sudah memantaunya," ungkap Marty.
"Lapisan itu mungkin yang bisa dikerjakan paling intensif, kami menggunakan palu es kuno, semua itu dilakukan dengan tangan, cermat, sampai ke lantai," kemukanya.
Ia memperkirakan, mereka telah menggali sekitar 35 meter kubik es.
Marty mengatakan, tim-nya menemukan berbagai artefak, mulai dari pakaian hingga makanan.
"Seperti helm penahan dingin, beberapa pakaian dalam berbahan wol kuno, ada beberapa jaket tergantung, kami menemukan sebuah mangkuk berisi kacang polong kering di dalamnya yang teronggok di dapur," ceritanya.
Ia menuturkan, "Semua ini benar-benar melukiskan sesuatu, atau menceritakan kisah bahwa ketika kapal datang untuk menjemput mereka, mereka benar-benar meninggalkan apa yang mereka kerjakan, mengambil barang-barang pribadi mereka yang penting dan langsung keluar dari sana.”
"Jadi, menemukan itu adalah pengalaman luar biasa bagi kami dan bagi semua orang, sungguh," sambungnya.
Ia mengatakan, penemuan itu membantu menceritakan kisah mantan penghuni gubuk.
"Ada sepatu boot di lantai, masih ada buku di rak, ada lilin dan kotak korek api yang terletak di samping mereka, jadi kami mengelupas es dengan sangat hati-hati, dan meninggalkan mereka seperti adanya, persis di mana mereka awalnya berada," ujar Marty.
Ia mengatakan, masih ada sisa-sisa pecahan piring kaca di sudut kamar gelap milik fotografer terkenal, Frank Hurley.
Anehnya, temuan ini mengungkap bahwa tak banyak perubahan antara kehidupan di Antartika zaman dulu dan sekarang.
Marty mengatakan, manusia sekarang mungkin memiliki peralatan dan pakaian modern, tapi para penghuni Gubuk Mawson memiliki energi listrik asetilena yang cukup untuk memberi mereka pencahayaan, serta mesin besar dengan AC dan generator DC.
"Jadi, 100 tahun telah berlalu dan saya pikir kita mungkin, karena teknologi modern, melakukannya sedikit lebih mudah, tapi pada dasarnya itu adalah unsur-unsur yang sama yang harus anda gunakan, itu semua masalah yang sama," terangnya.
Ia berujar, "Dan anda tahu, jika kita memiliki badai salju, seperti mereka waktu itu, Anda harus pergi berkeliling dan menilai semua peralatan kami dan melihat bagaimana kondisinya setelah terjadi sesuatu seperti itu, dan membersihkannya, seperti mereka dulu harus melakukannya.”
"Jadi saya katakana, ya, ada beberapa perubahan, tapi pada dasarnya itu akan tetap relatif sama. Tempat yang cukup keras untuk ditinggali," imbuhnya.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Kembali Sukses Gelar Tangga Lagu Paling Demokratis di Dunia