Dari pantauan Radar Sulteng (JPNN Group) di RS Bhayangkara Palu, puluhan orang memadati depan ruang instalasi forensik rumah sakit tersebut. Mereka ingin mengetahui secara pasti nasib dari keluarga mereka yang diduga menjadi korban dalam kebakaran itu. Beberapa orang di antaranya dipersilahkan untuk melihat kondisi jenazah.
Dewi salah satunya, warga Desa Kadidia, Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten Sigi, mengaku langsung datang ke Palu dan menuju RS Bhayangkara untuk melihat langsung kondisi adik kandungnya, bernama Titin. “Saya tadi nonton TV, terus lihat nama adik saya, tercatat juga ikut jadi korban meninggal. Makanya saya datang kemari,” kata Dewi.
Dewi juga sempat diminta untuk masuk ke instalasi forensik, guna melihat ciri-ciri khusus dari adiknya. Namun kondisi kelima mayat sudah tidak dapat lagi dikenali oleh keluarga korban. Desi, salah seorang korban selamat dari kebakaran itu, juga sempat diminta untuk mengenali barang-barang yang digunakan para korban sebelum tewas terpanggang.
Saat kejadian, Desi mengaku langsung menyelamatkan diri dengan menjebol dinding bersama Titin, namun karena berada di lantai dua, hanya dirinya yang berani loncat ke bawah, sementara Titin dan satu rekannya lagi, yakni Diana, tetap berada di lantai dua kos-kosan.
“Saya satu kamar kos dengan Titin dan Diana. Hanya saya yang berhasil selamat setelah meloncat dari lantai dua, mereka berdua saya ajak tidak mau,” kata Desi yang masih terlihat shock.
Ditemui terpisah, Kabid Dokkes Polda Sulteng, AKBP dr Aris mengatakan, pihaknya memang belum bisa untuk mengidentifikasi kelima korban kebakaran. Kondisi jasad korban yang hangus menyulitkan identifikasi oleh Tim forensik, yang di dalamnya juga ada Tim Disaster Victim Identification (DVI) Sulteng.
“Baru satu jasad yang kami outopsi, namun belum bisa kami identifikasi. Memang dari keterangan ada lima nama korban meninggal, tapi kita belum bisa mencocokkan identitas para korban dengan jasadnya, karena kondisinya telah hangus,” terangnya.
Tim DVI, kata Aris, mulai mencocokkan data antemortem (sebelum mati) dan data postmortem (setelah mati) kelima jasad tersebut. Data antemortem sendiri berupa properti atau barang-barang yang digunakan para korban sebelum meninggal, dan diketahui oleh pihak keluarga maupun orang terdekat.
“Saat ini kami baru menemukan dua barang milik korban, yakni kalung dan juga baju warna merah yang tidak habis terbakar,” jelasnya.
Data pembanding seperti melihat ciri-ciri gigi masing-masing korban, juga sulit dilakukan petugas, sebab, kondisi gigi kelima jasad juga sudah hangus. Meski demikian, lanjut dr Aris, pihaknya berencana untuk melakukan tes DNA kelima jasad korban kebakaran itu. “Sample dari jasad dan juga dari keluarga para korban telah kami ambil,” jelas Aris.
Lebih jauh diungkapkan Kabid Dokkes, Sampel-sampel yang diambil itu, nantinya akan dicocokkan melalui tes DNA. Meski demikian, hasil dari tes DNA itu, juga belum dapat langsung diketahui pihak keluarga korban, karena memerlukan waktu yang cukup lama. “Minimal satu bulan, hasil dari tes DNA baru bisa kita ketahui,” pungkasnya.
Dari data yang dihimpun Radar Sulteng, dari Bidang Humas Polda Sulteng, ada sekitar lima penghuni kos di kompleks pasar Masomba yang menjadi korban meninggal dunia. Mereka masing-masing, Nurlin (17), Zulkifli alias Aco (19), Hilna (16), Titin (17), dan Diana (16).(agg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Serukan Referendum, Polisi Bubarkan Aksi KNPB
Redaktur : Tim Redaksi