Tim Sukses Lemah, Foke Sulit Kejar 50 Persen Suara

Peluang Calon Lain Terbuka Lebar

Jumat, 16 Maret 2012 – 11:06 WIB
BOLEH saja Fauzi Bowo selaku incumbent pede di Pilkada DKI 2012. Betapa tidak, pria yang akrab disapa Foke itu pernah menuai dukungan lebih 2 juta pemilih pada Pilkada 2007 silam. Hanya saja, kondisi pertarungan politik lokal cukup berbeda.
 
Lima tahun silam Foke mendapatkan dukungan dari seluruh parpol di DKI, kecuali PKS. Kini justru koalisi tersebut tidak lagi solid. Partai Golkar, PPP dan PDS mengusung pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono. Bila terwujud, Foke akan diusung oleh Demokrat, PDIP, Hanura dan Gerindra. Sedangkan PKS sebagai parpol pemenang omor urut dua di Pemilu 2009, dimungkinkan mengusung calon gubernur tersendiri.

Modal dukungan pemilih yang dimiliki incumbent tidak cukup untuk mempertahankan tahta di kursi DKI 1. Sebab kemungkinan perubahan peta politik memungkinkan para pemilih mengalihkan dukungan ke calon gubernur lain. Peranan tim sukses menjadi salah satu faktor penentu kemenangan dalam pesta demokrasi tersebut.

Pengamat Politik Amir Hamzah menilai, tim sukses pasangan calon di Pilkada DKI 2012 dituntut bekerja secara maksimal. Sejauh pengamatannya, tim sukses incumbent belum bekerja secara maksimal. Sehingga berbagai perubahan masih bisa terjadi. Bukan tak mungkin, kelemahan tim sukses bisa menjadi penyebab incumbent mengalami kekalahan. “Tim Foke sangat lemah. Cuma mampu pasang spanduk dan logo. Tak ada manuvernya,” ujar dia.

Jumlah pemilih di Pilkada DKI diperkirakan mencapai 7,2 juta jiwa. Bila pada Pilkada sebelumnya Foke mengantongi suara dari 2,09 juta pemilih, maka untuk memenangkan Pilkada 2012, masih diperlukan sekitar 1,7 juta pemilih. “Ini menjadi pekerjaan rumah Foke bersama tim suksesnya. Hitungan itu setelah dikurangi angka mortalitas di DKI,” beber Amir.

Sementara jumlah tempat pemungutan suara (TPS) di DKI mencapai 15.021 lokasi. Incumbent baru bisa berada di posisi aman, menurut Amir, bila mampu menambah dukungan suara pemilih hingga 1,7 juta. “Jumlah ini bisa dirata-ratakan setiap TPS sebanyak 285 suara. Semuanya tergantung bagaimana timnya bekerja,” kata dia.

Pertimbangan perolehan dukungan suara itu, tambah Amir, berlaku juga bagi pasangan calon gubernur. Hal yang tidak boleh dilupakan yakni pola pemetaan dukungan suara. “Harus menggunakan pola teritorial, yaitu penggalangan suara di tingkat kecamatan atau kelurahan. Juga menggunakan pola klaster, yakni merebut hati melalui pendekatan etnis, agama, akademisi, profesional dan lainnya,” tukasnya. (rul)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Golkar Janjikan Tercepat Tentukan Calon

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler