Timika Memanas, 2 Kubu Bentrok

Buntut Terbunuhnya Kepala SD Kampung Karang Senang

Selasa, 04 Desember 2012 – 04:59 WIB
Kapolres Mimika AKBP Jermias Rontini ketika melihat jenazah Andreas M di Ruang Jenazah RSUD Mimika, Senin (3/12) sore. Foto: Eleuterius Leisubun/Radar Timika
TIMIKA - Peristiwa terbunuhnya Apolo Ekikitaro, Kepala Sekolah SD Inpres Kampung Karang Senang (SP 3), Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika pada Sabtu (1/12) malam minggu lalu, berbuntut panjang. Keluarga korban dan warga Suku Kamoro yang tidak terima kematian Apolo dan ingin melakukan balas dendam terhadap keluarga pelaku yang berdiam di Kompleks Gorong-Gorong, Timika, Papua.

Senin (3/12) pagi sekitar pukul 06.30 WIT, warga Suku Kamoro  melakukan aksi di seputar Jalan Gorong-Gorong dengan membawa tombak, bambu runcing dan parang. Warga Kamoro dan Biak terlibat saling lempar batu dan botol.
Namun kejadian ini tidak berlangsung lama. Polisi segera datang untuk menghalau warga yang melakukan keributan sehingga aksi tersebut tidak menyebar.

Dari pantauan Radar Timika (JPNN Group) di lokasi kejadian Senin (3/12) pagi, ratusan warga Suku Kamoro yang sejak Minggu (2/12) sore menduduki halaman kantor DPRD Mimika, melakukan perjalanan sambil membawa senjata tajam menuju ke kompleks Gorong-Gorong. Setibanya di Gorong-gorong, massa melakukan penyerangan terhadap warga Suku Biak yang sudah siaga sejak malam. Aksi saling lempar batu pun tidak terelakkan.

Aparat Polres Mimika dan Brimob Detasemen B Polda Papua bergegas menuju lokasi kejadian untuk menghalau warga kedua kubu.  Kapolres Mimika AKBP Jermias Rontini menemui warga Biak di jalan masuk kompleks mereka. Kapolres menghimbau agar warga tenang dan jangan terpancing dengan isu yang berkembang.

"Kalian ke dalam saja, kembali ke rumah masing-masing. Kalian tidak usah bikin aksi berlebihan. Jangan terpancing, saya akan arahkan mereka kembali ke DPR, untuk melakukan proses permakaman," kata Kapolres.

Hal yang sama juga dikatakan Kapolres kepada warga Suku Kamoro untuk tidak melakukan penyerangan kepada warga Suku Biak. Juga diingatkan agar warga tidak terprovokasi oleh isu yang menyesatkan.

Akibat aksi saling serang tersebut, polisi mengamankan satu warga yang diketahui membawa senjata api rakitan di tangannya dan amunisi senapan angin sebanyak satu kotak.

Setelah menerima himbauan dari Kapolres, warga Suku Kamoro kemudian meninggalkan kompleks Gorong-gorong dan kembali ke halaman Kantor DPRD Mimika.

Sekadar mengingatkan, aksi saling serang tersebut dipicu tewasnya Apolo Ikikitaro, Kepsek SD (SP 3) akibat dianiaya calon menantunya, RMR (28) pada Sabtu (1/12) malam. Apolo meninggal dunia karena dianiaya dengan benda tajam di bagian leher. Sementara istri korban, Irene Waukiteyau, kondisinya mengalami luka serius akibat sabetan benda tajam di pundak belakang. Hingga kemarin, Irene menjalani perawatan intensif di RSMM.

Sebagai buntut aksi keributan, kurang lebih 100 personil polisi di back up Brimob Detasemen B Polda Papua disiagakan di beberapa titik jalan, yakni Jalan Ahmad Yani, Gorong-Gorong, Yos Soedarso dan Cenderawasih Kantor DPRD Mimika. Kapolres juga akan melakukan pertemuan dengan Uskup  Keuskupan Timika dan tokoh masyarakat serta keluarga korban.  Tujuannya agar jenazah Apolo Ekikitaro yang disemayamkan di kantor DPRD bisa segera dimakamkan. (rex)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Operasi Tambang Liar Selalu Bocor

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler