jpnn.com, JAKARTA - PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) menunjuk PricewaterhouseCoopers (PwC) sebagai konsultan jasa profesional untuk melakukan perbaikan atas proses bisnis perusahaan, agar semakin meningkatkan daya saing kepada para stakeholders.
Menurut Risk Assurance Partner, PwC, Yuliana Sudjonno pemberian jasa profesional dalam kurun waktu kurang lebih 9 bulan hingga saat ini menitikberatkan pada implementasi pengendalian internal pada perusahaan.
BACA JUGA: Gunung Raja Paksi Ekspor Baja ke Kanada USD 4,7 Juta
Sehingga diharapkan GRP bisa meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam menjalankan bisnis. Peningkatan penerapan pengendalian internal pada GRP, menurut Yuliana, ditargetkan dilakukan secara bertahap.
“Transformasi ini tidaklah mudah dan biasanya dimulai dengan melakukan profesionalisasi di perusahaan keluarga,” kata Yuliana.
BACA JUGA: Iis Dahlia Ikut Dihujat Gara-gara Kata Anjay, Masih Terima Lutfi Agizal Sebagai Calon Menantunya?
Dengan pengalaman GRP dalam melakukan transformasi ini, Kimin Tanoto sebagai komisaris PT Gunung Raja Paksi Tbk diundang menjadi narasumber seminar online PwC NextGen Club Indonesia bersama beberapa pembicara lainnya dari negara tetangga.
“Perjalanan transformasi dari segi perusahaan dan keluarga terutama dalam mempersiapkan masa transisi kepemimpinan tidak mudah. Tetapi dengan konsistensi dan perangkat family governance yang terus disempurnakan, perjalanan akan semakin menjadi baik," tutur dia.
BACA JUGA: Fokus Pemulihan Ekonomi & Perlindungan Tenaga Kerja, Bupati Mojokerto tak Ingin ada PHK
Salah satunya, lanjut Kimin, adalah terus melakukan ekspansi meski dalam masa pandemi COVID-19.
GRP justru melihat bahwa saat ini merupakan waktu yang baik untuk melakukan perbaikan dan investasi.
“Sebagai perusahaan terbuka, GRP group harus terus melakukan investasi digital, ekspansi perluasan kapasitas pabrik, dan merekrut para profesional. Proses transformasi telah dimulai sebelum COVID 19 ada dan akibatnya perbaikan tersebut dirasakan manfaatnya pada saat ini,” tegas Kimin.
Kimin juga mengakui, tidak mudah melakukan perubahan, termasuk saat penerapan digitalisasi, rintangan yang cukup besar, menurutnya, adalah penolakan untuk berubah.
“Saya pikir sebagian besar konsultan akan setuju bahwa tantangan terbesar untuk digitalisasi adalah manajemen perubahan. Karena setiap perubahan adalah penting. Setelah membuat perubahan, Anda perlu memiliki orang-orang yang percaya pada perubahan tersebut dengan didukung oleh mayoritas pemangku kepentingan, sehingga penerapannya akan jauh lebih mudah,” beber dia.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy