jpnn.com, JAKARTA - PT Bank Jago Tbk sebagai bank berbasis teknologi melakukan berbagai inovasi dan kolaborasi untuk meningkatkan literasi digital keuangan sekaligus menghasilkan bibit-bibit unggul di bidang digital yang siap kerja.
“Salah satu tantangan utama industri perbankan digital saat ini adalah langkanya talenta digital, selain juga kemampuan bank mengadopsi teknologi yang berkembang pesat serta kematangan digital masyarakat yang perlu ditingkatkan,” tutur Pratomo Soedarsono, Head of People & Culture PT Bank Jago Tbk dalam kuliah umum Universitas Prasetiya Mulya.
BACA JUGA: Lewat Kumpul Jagoan, Bank Jago Beri Edukasi Komunitas Pesepeda Jakarta
Pratomo menilai, tidak semua segmen nasabah memiliki tingkat kematangan digital yang sama.
Nasabah dengan kematangan digital yang rendah relatif masih memerlukan kehadiran fisik bank, meskipun tidak harus selalu dalam bentuk kantor cabang.
BACA JUGA: Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca, SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif
“Sebagai bank berbasis teknologi yang tertanam dalam ekosistem digital, Bank Jago meluncurkan Aplikasi Jago untuk membantu semakin banyak orang agar punya kematangan digital keuangan yang semakin baik. Kami juga aktif memberikan edukasi keuangan kepada masyarakat khususnya generasi muda, sebagai bentuk kontribusi kami untuk meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia,” jelas Pratomo.
Menurutnya, agar perbankan dapat sepenuhnya terdigitalisasi maka sistem perbankan maupun sumber daya manusianya memerlukan perubahan pola pikir dan budaya, yang didukung oleh kemampuan digital yang mumpuni.
BACA JUGA: Konsisten Jalankan Transformasi, Bank Mandiri Taspen Naik Kelas ke KBMI 2
“Kami di Bank Jago sejak 2021 cukup struggle dalam mencari digital talent. Dari ribuan yang kami tes dan seleksi, yang lolos itu cuma sekian persen, sedikit sekali,” ungkap Pratomo.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, Bank Jago menginisiasi sejumlah program untuk mengedukasi sekaligus menjaring SDM-SDM berkualitas yang dibutuhkan industri digital, khususnya bank berbasis teknologi.
Salah satunya meluncurkan Jago Digital Academy, program pembelajaran mandiri berbasis digital hasil kolaborasi dengan partner-partner strategis dan perguruan tinggi.
Jago Digital Academy (JDA) dirancang sebagai wadah kolaboratif bagi para talenta di bidang teknologi dalam mengakselerasi pengetahuan dan kompetensi digitalnya secara mandiri.
Melalui program ini diharapkan muncul talenta-talenta unggul di bidang teknologi dan perbankan digital yang siap terjun di dunia kerja yang semakin kompetitif.
“Dibantu dengan AI, saat ini JDA telah mengembangkan program pembelajaran mandiri untuk 50 bidang studi, yang terbagi ke dalam lebih dari 200 modul pembelajaran dan berfokus pada tiga tiga jalur kemampuan teknis: Product Management, Engineering, dan Data Science. Saat ini sudah skeitar 1400 peserta JDA,” jelas Pratomo.
Di hadapan 450 mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya, Pratomo mengatakan setiap talenta digital harus memiliki memperkenalkan tujuan dan nilai-nilai positif yang idealnya dimiliki oleh setiap talenta digital, khususnya jika ingin menjadi karyawan Bank Jago.
Leonis Marchalina, Asisten Profesor Universitas Prasetiya Mulya menilai, nilai-nilai dan budaya kerja yang diterapkan Bank Jago sangat penting untuk dipahami oleh para talenta digital, khususnya mahasiswa yang akan terjun di dunia kerja atau yang ingin mengembangkan bisnis rintisan (start up).
“Saya melihat Bank Jago sangat kuat value dan culture-nya sebagai organisasi yang agile. Kalau kita tidak siap dengan segala perubahan maka kita tidak akan siap berkompetisi,” seru Leonis.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada