Tinjau Ulang Dominasi AS di IMF dan Bank Dunia

Kamis, 20 November 2008 – 15:28 WIB
JAKARTA - Dominasi Amerika Serikat dan Eropa di lembaga donor multilateral seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunua, harus ditinjau ulangIni karena dominasi itu tidak mencerminkan konstelasi negara-negara berkembang yang mulai berperan dalam ekonomi dunia

BACA JUGA: Ekspor Elektronik Terancam Stagnan



Demikian ditegaskan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati
Kata Menkeu, peranan atau hak suara negara berkembang dalam pengambilan keputusan di IMF dan Bank Dunia harus ditingkatkan

BACA JUGA: Migor Curah Gunakan Merek MGS

Ini agar keputusan-keputusan yang diambil bisa dianggap sah dan sesuai dengan aspirasi yang lebih adil di antara ekonomi dunia
"Sehingga tidak didominasi oleh AS dan Eropa," kata Sri Mulyani di Kantor Depkeu, Jakarta, Rabu (19/11)

BACA JUGA: IFC Beri Kredit Eksportir Indonesia



Menkeu mencontohkan dominasi AS di IMF, di mana negara adikuasa masih memiliki hak vetoIni karena AS memiliki 18 persen hak suaraDi IMF, dibutuhkan persetujuan 85 persen suara untuk keputusan fundamentalSehingga jika AS tidak setuju, keputusan tidak bisa diambil.  "Ini juga suatu pertanyaan, apakah suatu negara bisa mem-veto itu masih valid di dalam suatu konstelasi dunia yang makin terkait," kata mantan Direktur Eksekutif IMF mewakili Asia Tenggara itu

Menkeu mengatakan reformasi IMF juga dilakukan dengan menyederhanakan pengambilan keputusan antara Menkeu atau Gubernur Bank Sentral kepada Direktur Eksekutif yang mewakiliJuga, penyederhanaan atas manajemen dan staf profesional"Banyak yang harus dilakukan," kata Ani, sapaan Sri Mulyani

Reformasi IMF mengemuka dalam pertemuan kelompok negara G-20Dalam pertemuan itu disepakati bahwa format yang ada sudah tidak sesuai dengan kondisi kini"Artinya, warisan Bretton Woods institution, IMF dan World Bank, sudah tidak lagi menceminkan konstelasi pelaku dunia saat ini," kata Menkeu

Terkait kemungkinan penarikan pinjaman likuiditas jangka pendek dari IMF mengatakan yang penting saat ini pemerintah memberikan sinyal bahwa keseimbangan ekonomi akan tetap dijaga"Bahwa, kalaupun adjustment terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi, ini diupayakan terus keseimbangan ekonomi sehingga tidak terjadi bujet defisit atau persoalan neraca pembayaran," kata Menkeu(sof/fan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jerry Yang Mundur, Yahoo Tunggu CEO Baru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler