Tiongkok Setop Ekspor Bahan Baku Rudal, AS Dijamin Kelabakan

Jumat, 31 Mei 2019 – 06:59 WIB
Negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok terus berjalan. Foto: Reuters

jpnn.com, BEIJING - "Tiada pemenang dalam perang dagang." Pernyataan itu dilontarkan Wakil Menteri Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Zhang Hanhui kemarin, Kamis (30/5).

Dia menegaskan bahwa Tiongkok menentang adanya perang dagang. Namun, jika itu terjadi, mereka tidak takut menghadapinya. "Hasutan konflik dagang yang terencana ini adalah terorisme ekonomi yang terbuka, chauvinisme ekonomi, dan perundungan ekonomi," tegas Zhang seperti dikutip AFP.

BACA JUGA: Digebuk Donald Trump, Huawei Nekat Bertarung di Pengadilan AS

AS menerapkan kenaikan tarif atau pajak pada barang-barang yang diimpor dari Tiongkok awal bulan ini. Nilainya mencapai USD 200 miliar atau setara dengan Rp 2,88 kuadriliun. AS juga memasukkan raksasa teknologi asal Tiongkok, Huawei, dalam daftar hitam perdagangan. Huawei dianggap dekat dengan Beijing sehingga bisa dimanfaatkan untuk memata-matai AS.

Tiongkok membalas dengan menaikkan tarif impor produk AS senilai USD 60 miliar atau Rp 864,3 triliun. Kebijakan itu mulai berlaku Sabtu (1/6) mendatang. Ada indikasi negeri dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu akan menghentikan ekspor logam tanah jarang ke AS.

BACA JUGA: Kebijakan Trump Bikin Nike dan Adidas Menjerit

Logam tanah jarang terdiri atas 17 elemen yang biasa dipakai sebagai bahan baku pembuatan peralatan komputer, ponsel cerdas, televisi, mobil listrik, laser, serat optik, hingga bahan peralatan militer seperti rudal.

Sebanyak 95 persen produksi global bahan mineral langka tersebut ada di Tiongkok. Lebih dari 80 persen kebutuhan sumber daya alam strategis itu diimpor AS dari Tiongkok.

BACA JUGA: Raksasa Elektronik Jepang Ikut Menghukum Huawei

Sejatinya, bahan mineral tersebut ada di berbagai negara. Tapi, penambangan dan pengolahannya sangat sulit serta berpotensi merusak lingkungan. Karena itu, jarang ada negara yang melakukannya.

BACA JUGA: Tiongkok Sebut AS Perajut Kebohongan

Bahan mineral yang diproduksi Tiongkok tersebut dibuat cip oleh perusahaan-perusahaan AS, terutama Qualcomm yang menguasai pangsa pasar global. Nah, Huawei membeli cip tersebut untuk produk mereka. Tapi, kini Trump melarang perusahaan AS menjual produk ke Huawei. Termasuk cip tadi.

"Ini tidak bisa diterima bagi negara mana pun yang telah menggunakan produk mineral hasil ekspor Tiongkok untuk mengekang dan menekan perkembangan negara kami," tegas Juru Bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok Gao Feng. Huawei sendiri kini mampu mengembangkan cip lewat anak usahanya: HiSilicon.

Menghadapi ancaman Tiongkok itu, Pentagon langsung bersikap. Mereka mengajukan tambahan anggaran ke kongres untuk meningkatkan produksi logam tanah jarang. Mineral-mineral itu juga dibutuhkan kementerian pertahanan. Bahan baku mesin jet, laser, dan alat untuk melihat di kegelapan butuh mineral tersebut.

Jika Tiongkok menghentikan eskpornya, AS bakal kelabakan. "Kami memperingatkan AS agar tidak meremehkan kemampuan Tiongkok untuk menjaga hak dan kepentingannya dalam pembangunan. Jangan katakan kami tidak memperingatkan kalian!" bunyi tulisan di kolom opini People's Daily yang ditulis seseorang dengan nama samaran Wuyuehe. (sha/c25/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiongkok Pamer Senjata yang Bisa Lumpuhkan Industri AS


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler