jpnn.com, SURABAYA - Para bacaleg perlu siap menang, lebih-lebih siap kalah. Kalau tidak kuat mental dan spiritual, bakal calon legislatif (bacaleg) rawan tertekan, stres, bahkan gila. Peran keluarga penting.
Tes kejiwaan bacaleg hanyalah surat keterangan dari rumah sakit. Tidak menggambarkan seluruh kondisi jiwa pemegangnya. Dokter jiwa RSUD Ibnu Sina dr Mefi Windiastuti SpKJ menyebutkan contoh.
BACA JUGA: Jaga Moralitas, Bamsoet Imbau Menteri yang Nyaleg Mundur
Saat tes kejiwaan, seorang bacaleg terlihat normal. Sehat, yakin, dan optimistis.
Namun, kondisi berubah drastis setelah tahu dirinya gagal. Pikiran dan perasaan kacau. "Fokus pada kegagalan. Ditambah perasaan. Risikonya ya stres," jelas dr Mefi.
BACA JUGA: KPU: Pendaftar Bacaleg Masih Nihil
Dia mengingatkan, punya keinginan boleh. Ambisi juga tidak salah. Namun, jika berlebihan dan tidak sesuai dengan realita, akan muncul gap yang lebar. Bisa timbul frustrasi.
Biasanya, bacaleg sudah mengeluarkan banyak uang agar bisa terpilih menjadi anggota dewan. Lalu, usahanya gagal.
BACA JUGA: Ngebet Usung AHY agar Partai Pak SBY Tak Jeblok di Pileg
Padahal, harta benda dan tenaga sudah terkuras. Kadang sampai utang-utang. Ternyata tidak berhasil. Saat itu hasil tes kesehatan jiwa tidak bisa jadi acuan.
"Sebab, kondisi kejiwaan bisa sewaktu-waktu berubah. Mental masing-masing orang berbeda," ucapnya.
Ketidaksiapan mental bisa saja membuat bacaleg depresi berat.
Apa solusinya? Kedekatan keluarga sangat penting. Sebab, bacaleg akan sibuk mendekati pemilu.
Suasana tenteram dalam keluarga akan turun. Dokter yang tinggal di Cerme itu menyarankan kedekatan keluarga diperkuat menjelang pemilihan.
"Terutama pasangan. Bacaleg bisa sharing dengan istri," imbuhnya.
"Ikhtiar dan tawakal kuncinya. Jadi, bukan hanya lahiriah dan material. Batiniah juga dilibatkan," tutur Mefi. (son/c25/roz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Para Tokoh Beken Jambi pun Coba Peruntungan ke Senayan
Redaktur & Reporter : Natalia