Tips dari Ekonom agar Aman dari Ancaman Resesi Ekonomi 2023

Rabu, 28 Desember 2022 – 15:25 WIB
Ekonom Indef mengatakan untuk menghadapi ancaman resesi ekonomi 2023 perlu upaya untuk meningkatkan produktivitas ekonomi nasional. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Rizal Taufikurrahman mengatakan untuk menghadapi ancaman resesi 2023 perlu upaya untuk meningkatkan produktivitas ekonomi nasional.

Menurut Rizal, terutama pada industri manufaktur, serta ekspor komoditas energi dan pangan strategis.

BACA JUGA: Mengenal Tentang Sistem Ekonomi Mooi Network yang Ada di Game Janken

Selain itu, meningkatkan efisiensi fiskal agar dapat menumbuhkan ekonomi yang efektif.

"Serta membelanjakan fiskal untuk meningkatkan kinerja yang secara langsung berdampak terhadap ekonomi," ungkap Rizal di Jakarta, Rabu (28/12).

BACA JUGA: Airlangga: Perayaan Nataru Momentum Bangkit Menuju Kesejahteraan Ekonomi

Dia mengatakan perekonomian pada kuartal IV 2022 mengalami moderasi dengan tumbuh di kisaran 5,3 persen year on year (yoy).

Sebelumnya, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,72 persen yoy pada triwulan III-2022.

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV-2022 akan sedikit melambat dibandingkan triwulan III-2022. Yakni akan terjadi moderasi di angka kisaran 5,3 persen," kata Rizal.

Rizal menyampaikan beberapa faktor yang memperlambat ekonomi pada triwulan IV-2022, di antaranya perlambatan siklus yang biasanya terjadi di triwulan-IV, dan efek basis di akhir tahun yang tinggi sehingga angka pertumbuhan menjadi rendah.

Selain itu, juga kondisi siklus bisnis yang terjadi pelambatan atau penurunan terutama ekspektasi di akhir tahun.

Lebih lanjut, dia memproyeksikan inflasi akan menyentuh angka 6,45 persen pada akhir 2022, yang utamanya terpengaruh oleh pergerakan dari volatile food atau harga pangan bergejolak dari sektor hortikultura.

Dia menjelaskan beberapa penyebab inflasi tinggi tersebut adalah kenaikan biaya transportasi akibat kebijakan kenaikan harga BBM, serta komponen inflasi dari volatile food atau harga pangan yang bergejolak.

"Seperti bawang merah, bawang putih, cabai merah, daging sapi dan daging ayam," kata Rizal.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler