jpnn.com, JAKARTA - Setiap tahun pasar saham mengenal January Effect yang merupakan fenomena berulang.
January Effect adalah kondisi naiknya harga saham pada Januari atau di awal tahun.
BACA JUGA: Pemerintah Resmi Lakukan Inbreng Saham ke Seluruh SIG Group
Para analisis mengatakan fenomena itu terjadi karena para investor kembali melakukan entry atau pembelian kembali saham-saham yang sempat dijual pada Desember.
Advisory Partner Grant Thornton Indonesia Marvin Camangeg menilai January effect adalah salah satu produk anomali perdagangan pasar saham, yang bisa muncul bisa juga tidak.
BACA JUGA: Perkuat Industri Nikel, Hillcon Tawarkan 442,300 Juta Saham
Meski paparan berbagai teori dan strategi tentang January effect sudah ada, tetapi tidak ada jaminan akan tingkat pengembalian akan kebal terhadap potensi kerugian.
"Maka dari itu, akan jauh lebih aman untuk tetap menyikapi January effect dengan bijaksana," ungkap Marvin dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (19/1).
BACA JUGA: Pemerintah Alihkan 75,51 Persen Saham Semen Baturaja ke SIG
Menurutnya, investor harus memiliki beberapa pertimbangan untuk membeli saham.
Saat ini, mengawali 2023, January Effect diprediksi terjadi tahun ini didukung dampak pandemi yang sudah mereda, serta dicabutnya status PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) oleh Presiden Joko Widodo.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penjualan Selasa (17/1), IHSG ditutup menguat 1,19 persen ke level 6.767,34. Indeks kembali ke atas 6.700 setelah terus bergerak di kisaran 6.600, bahkan sempat turun ke level 6.500, dalam delapan hari terakhir berturut - turut.
Kendati demikian, para investor masih dalam tahap mengamati atau wait and see apakah dalam 1 minggu kedepan momentum Januari Efek akan benar terjadi atau tidak.
Investor mulai mencermati berbagai sektor seperti sektor pertambangan, energi, barang konsumsi, hingga bahan baku, sektor perbankan, emiten dengan lini bisnis batu bara yang dinilai masih memiliki potensi di 2023.
Selain itu, cermati juga faktor eksternal seperti pelonggaran zero covid policy di Tiongkok dan krisis energi global yang disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina ditambah momentum persiapan Pemilu 2024 termasuk dinamika politik yang menyertainya.
"Juga potensi perang dagang baru antara Uni Eropa dengan Amerika Serikat tentunya akan mempengaruhi kondisi pasar pada 2023," ucap Marvin.
Menurut Marvin, untuk memanfaatkan January Effect dengan baik, investor harus memiliki strategi yang tepat.
“January Effect 2023 masih dibayangi oleh sejumlah sentimen global setelah tren kenaikan suku bunga mendominasi pasar sepanjang 2022. Maka dari itu, penting bagi investor untuk tetap memantau kondisi makro ekonomi, fundamental emiten pilihan, membuat profil risiko dan tujuan investasi," pungkas Marvin
Berikut strategi investasi dari Grant Thornton Indonesia yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan momen January Effect antara lain:
1. Melakukan Pembelian Saham Pada Awal Januari
Investor dapat melakukan pembelian saham di awal bulan atau hold saham dari bulan sebelumnya untuk memanfaatkan kenaikan harga di Januari.
Pilih saham-saham yang dianggap memiliki prospek pertumbuhan baik, seperti perusahaan yang memiliki kinerja positif atau yang sedang mengalami pertumbuhan penjualan yang tinggi.
2. Diversifikasi Investasi
Investor dapat membeli berbagai jenis saham dari perusahaan yang berbeda sektor dan kapitalisasi pasar, sehingga jika terjadi penurunan harga saham pada sektor tertentu, kerugian yang diderita bisa tertutupi oleh kenaikan harga saham di sektor lain.
3. Alokasikan Dana Cadangan
Investor juga harus mengalokasikan dana cadangan untuk antisipasi fluktuasi harga saham yang terjadi sepanjang Januari.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul