jpnn.com, JAKARTA - Mantan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo berbagi pengalaman saat menjabat kepala daerah. Menurutnya, ada empat nilai kebenaran yang selalu dia pegang teguh saat memimpin Sulawesi Selatan (Sulsel).
Pertama, adalah nilai agama atau teologis di mana setiap agama pasti mengajarkan tentang kebaikan dan mengajarkan nilai-nilai kepemimpinan. Kedua, nilai kebenaran sosiologis, yakni pemimpin menghadirkan manfaat bagi orang lain.
BACA JUGA: Kalahkan Putri Mantan Gubernur Sulsel, Muhammad Rapsel Ali ke Senayan
“Pemilih harus menjadi rahmat dan berkat bagi orang lain, bukan menjadi bencana bagi orang lain atau masyarakat,” ungkap Syahrul saat menjadi pembicara pada acara The Second Neuroleadership Forum (NLF) bertajuk “Menggerakkan Inovasi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru Berbasis Human Capital Intelligence & Wisdom” di Bank Indonesia Institute, Jakarta, Rabu (24/7/2019).
Selain Syahrul, hadir juga sebagai pembicara dalam acara yang dipandu oleh Roy T. Amboro adalah Kepala BI Institute Solikin M. Juhro dan Pakar Neurosains Taruna Ikrar.
BACA JUGA: Prabowo - Sandi Ogah Kerahkan Kepala Daerah
Ketiga, kata Syahrul, pemimpin harus memegang kebenaran yuridis atau aturan yang berlaku. Menurut dia, pemimpin harus tahu dan taat terhadap aturan, tidak bertindak atas kemauan sendiri karena aturan tersebut dibuat untuk menjamin kepastian, ketertiban dan keadilan sehingga dijalankan oleh semua orang terutama pemimpinnya sehingga bisa memberikan contoh bagi yang lain.
Keempat adalah nilai kebenaran kultural. Pemimpin tidak bisa lepas dari budaya soal sopan santun, kerja sama, dan gotong royong. “Sehebat apapun pemimpinnya, dia tidak bisa bekerja sendiri, dia butuhkan banyak orang dan dia butuhkan network yang kuat,” tutur dia.
BACA JUGA: Kemendagri Harus Adil soal Kasus Ganjar Pranowo, Jangan Nanti Kades Saja
Lebih lanjut, Syahrul mengatakan seorang pemimpin juga harus sensitif terhadap kemajuan-kemajuan dan perkembangan zaman serta teknologi yang tidak terbendung lagi. Pemimpin, kata dia, harus mempunyai orientasi yang jelas di masa depan.
“Pemimpin harus visioner, kreatif di era seperti sekarang ini. Pemimpin harus mampu menunjuk arah ke mana orang yang dipimpin mau dibawa, tentunya dibawa kepada kemajuan, kebaikan dan kesejahteraan,” tandas dia.
Karena itu, Syahrul berharap para pemimpin di Indonesia di semua bidang mempunyai spirit yang sama, yakni mengutamakan kepentingan rakyat dan terus bekerja sama membangun bangsa yang kuat, mandiri dan berdikari.
Menurut dia, bukan saatnya lagi antara sesama anak bangsa saling menjatuhkan karena jika hal tersebut yang tampak, maka bangsa kita akan mudah dikuasai negara lain.
Jangan Egois
Pada kesempatan itu, Syahrul menekankan pemimpin harus berani berkorban untuk kepentingan bersama atau umum.
“Dia tidak boleh egois, tetapi harus bisa berbagi, merangkul dan mampu bekerja sama untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan,” ujar Syahrul.
Menurutnya, bangsa lain sudah jauh berkembang dan kita harus berjuang untuk bisa seperti itu. Oleh karena itu, dia mengajak untuk meninggalkan sikap egoisme dan sektarian.
“Mari maju bersama membangun dan mengelola sumber daya alam Indonesia yang kaya raya dengan sumber daya manusia yang tak kalah berkualitasnya,” imbuh Anggota Tim Penasihat Senior pada Kantor Staf Presiden ini.
Apalagi, kata Syahrul, saat ini Indonesia dipimpin oleh Joko Widodo yang mempunyai visi dan mimpi besar, Indonesia Maju.
Syahrul mendukung upaya Jokowi untuk menempatkan Indonesia sejajar dengan negara-negara maju lain. Karenanya, kata dia, Jokowi perlu diperkuat dan tidak boleh dibiarkan bekerja dan berjuang sendirian.
“Jokowi tidak ada lagi cerita, dia adalah pemimpin kita. Tugas kita adalah mengisi Jokowi agar lebih kuat, lebih baik, Jokowi harus diperkuat sehingga mengambil langkah yang tepat dan bijak. Kita tidak boleh membiarkan Jokowi sendiri,” pungkas Syahrul.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendagri: Kepala Daerah Punya Hak Politik
Redaktur & Reporter : Friederich