Titik Nol Republik Indonesia Itu Di Sini...

Selasa, 10 November 2015 – 22:30 WIB
Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

jpnn.com - TITIK nol Republik Indonesia di sekitar kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Satu Sekuel Palagan Surabaya: Gara-gara Tank Raksasa Ini, Arek Suroboyo...

Kawasan Menteng dibangun pada 1912 oleh NV De Bouwploeg, real estate pertama di Hindia Belanda.

Pieter Adriaan Jacobus Moojen, juragan De Bouwploeg menjadikan Burgemeester Bisschopplein (kini Taman Suropati) sebagai pusat Menteng. 

BACA JUGA: Jangan Anggap Remeh Arek Suroboyo!

Taman ini dulunya bukit. Pada 1920, bukit diratakan dan kemudian ditanami aneka jenis pohon dan bunga. 

Nama Burgemeester Bisschopplein diilhami nama Walikota Batavia pertama, GJ Bisschop yang menjabat dari 1916 hingga 1920.

BACA JUGA: Sumpah Perang Arek Suroboyo, Foto Naskahnya...

Buah Bibir

Pada 1927, di sekitar taman itu dibangun sebuah villa.

Tak tanggung-tanggung, Asuransi Millmij selaku penyandang dana menunjuk arsitek kenamaan JFL Blankenberg merancangnya.

Villa itu rencananya akan dikontrakkan kepada Kerajaan Inggris untuk kediaman resmi konsulat mereka di Batavia.

Begitu rampung, villa di ujung Nassau Boulevard (kini Jl. Imam Bonjol) itu sontak menjadi buah bibir.

Karakter bangunan dua lantai ini memang anggun dan mewah. Jalan masuk melingkar di pekarangan muka yang luas. Di tengah pekarangan, sebuah pohon rindang menjulang tinggi memayungi. Walaupun matahari terik, suasana tetap teduh.

Atap perisainya tinggi dan agak curam, sesuai dengan kokohnya tembok dan tiang. Bentuk atap serupa itu cocok untuk wilayah tropis. Sehingga bila hujan turun, airnya langsung meluncur ke pelimbahan.

Dua tonjolan profil panjang pada tembok dilanjutkan ke balkon di kedua belah sisi rumah. Lobang-lobang ventilasi udara berbentuk kotak berderet panjang di lantai bawah dan atas. Berbagai elemen horizontal tampak pada deretan jendela di lantai bawah dan atas. Lobang angin di atas pintu diisi dengan jeruji yang bercorak art deco.

Villa ini tidak memiliki banyak kamar. Di lantai bawah hanya ada satu ruang dapur dan toilet. Sisanya ruang terbuka untuk menggelar resepsi dan jamuan. Lantainya dilapisi ubin teraso merah keabu-abuan. 

Lantai bawah terhubung dengan pekarangan belakang yang menghampar luas. Dengan hanya membuka satu pintu, maka area tersebut menjadi teramat lapang; cocok untuk resepsi yang dihadiri banyak orang.

Di lantai atas ada tiga kamar tidur besar. Masing-masing dilengkapi kamar mandi dan balkon sendiri. Antara lantai satu dan dua dihubungkan susuran tangga handrail dihiasi ornamen dari besi bergaya art deco.

Tujuan Blankenberg menempatkan kamar-kamar tidur di lantai dua karena lebih sejuk dan tidak begitu banyak nyamuk. Sirkulasi udara di lantai dua sangat baik karena pembagian ruangnya begitu terukur. Tak ada kesan sempit begitu berada di lantai dua.

Dulu, kawasan ini masih sepi. Maka, para tamu dan penghuni dapat beristirahat tenang dengan jendela terbuka.

Titik Nol

Zaman bergerak. Perang Dunia II meletus. Jepang menguasai Jakarta pada 1942. Konsulat Inggris angkat kaki dan villa itu dihuni oleh Laksamana Muda Tadashi Maeda, kepala Kaigun Bukanfu. 

Di villa inilah naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dirumuskan pada 17 Agustus 1945 dini hari. Dan di sini pula delegasi Indonesia yang diwakili Perdana Menteri Sutan Sjahrir pertama kali berunding dengan pihak Sekutu pada Oktober 1946 untuk menghasilkan gencatan senjata.

Tak ayal jika banyak penjelajah sejarah menyebut villa ini titik nol Republik Indonesia. Kini, villa tersebut menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jalan Imam Bonjol No. 1 Menteng Jakarta Pusat. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Enam Perintah Sekutu untuk Arek Suroboyo, Ini Dokumennya...(2/habis)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler