jpnn.com - jpnn.com - Fahrudin, tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Madiun meninggal dunia di tempatnya bekerja di Gabon, Afrika Barat.
Jenazah pria 40 tahun itu tiba di rumah duka di RT 13, RW 3, Dusun Koripan, Desa Jogodayuh, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, sekitar pukul 21.30 Kamis (24/2).
BACA JUGA: Biaya RS Dilunasi Negara, Siti Dikebumikan di Malaysia
Adik korban, Arul Zanah, mengatakan bahwa sang kakak meninggal dunia karena menderita sakit malaria.
Kabar itu pun diketahui dari istri korban, Teti Ria Riyanti, yang kini menjadi TKI di Hongkong. Korban dinyatakan meninggal dunia Rabu pekan lalu (15/2).
BACA JUGA: Tolonglah, Jenazah TKI Asal Brebes Tertahan di Malaysia
''Begitu tiba sekitar pukul 15.30 WIB, suami saya sendiri yang menjemput jenazahnya di bandara,'' terang Arul kemarin (24/2).
Dijelaskan Arul, kakak ketiganya itu sempat mengabari bahwa tengah sakit dan sedang dirawat di rumah sakit.
Hanya, saat itu Fahrudin tidak menjelaskan penyakit yang dideritanya.
Terakhir, mereka berdua bertukar kabar pada Rabu pekan lalu (8/2).
Fahrudin juga meminta doa kepada sang adik agar lekas diberi kesembuhan.
''Memang sangat dekat dengan almarhum. Sebab, saya anak ragil,'' jelasnya.
Menurut Arul, sebulan sekali sang kakak menelepon atau menghubungi via media sosial.
Setiap menelepon, Fahrudin bertanya kabar kesehatan keluarga di rumah.
Terutama putra semata wayangnya, Muhammad Ilham Syahril Fahrian, yang berusia empat tahun.
''Memang jarang komunikasi karena di sana tidak ada sinyal. Mungkin dia harus pergi ke kota dahulu untuk menelepon,'' paparnya.
Di Gabon, Fahrudin bekerja di perkebunan kelapa sawit. Karena kini sedang masa tanam kelapa sawit, Fahrudin kerap mengatakan bahwa pekerjaannya berat.
Namun, dia tidak berniat pulang lantaran masa kontraknya dengan PJTKI Olam Tulungagung yang memberangkatkannya pada 5 Maret 2016 belum habis.
Dia juga terus membulatkan tekad demi menambah tabungan untuk putranya.
''Namanya juga bekerja, nggak mungkin nggak enak. Biasanya Ibu berpesan begitu,'' tegasnya.
Menurut Arul, sebenarnya Fahrudin mengatakan bakal bekerja sebagai TKI di Malaysia, bukan di Gabon.
Karena pernah bekerja sebagai TKI di Malaysia itulah, pihak keluarga memercayai dia.
Fahrudin baru berterus terang kepada keluarganya saat sudah berada di Gabon.
''Jika tahu bakal bekerja di kebun kelapa sawit, apalagi di Gabon, pasti keluarga tidak setuju. Sebab, sangat jauh,'' jelasnya.
Namun, Arul meyakini keberangkatan kakaknya itu secara resmi. Sebelum berangkat, Fahrudin menjalani pemeriksaan kesehatan di Kediri.
Bahkan, menurut dia, saat dinyatakan meninggal, jenazah korban juga bisa dipulangkan dengan baik.
Keluarga Fahrudin juga mendapat uang santunan Rp 20 juta.
''Kalau tidak resmi, pasti jenazahnya sulit bisa sampai rumah. Kami juga tidak mengeluarkan biaya sepeser pun untuk pemulangannya itu,'' ungkapnya. (bel/fin/c4/diq/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia