BANYUWANGI - Kabar duka kembali menghampiri warga Banyuwangi yang bekerja di luar negeri. Endang Sulistiowati, warga Dusun Krajan, Desa Kaligung, Kecamatan Rogojampi, meninggal di Arab Saudi dalam usia 43 tahun.
Jasad ibu satu anak itu dimakamkan di Arab Saudi tanpa sepengetahuan dan persetujuan keluarga. Hal itulah yang membuat keluarga sangat terpukul.
Berdasar informasi, Endang mengembuskan napas terakhir pada 7 Mei 2013 di rumah sakit. Janda tersebut dinyatakan meninggal setelah mengalami pendarahan hebat. Susiyowati, 41, adik almarhum, menyatakan bahwa dirinya menerima kabar kematian tersebut dari teman-teman kakaknya yang juga bekerja di Arab Saudi.
Menrut kabar awal, korban meninggal lantaran terjatuh dari kamar mandi. ''Tapi, ada kabar lagi meninggal karena dibunuh orang,'' katanya.
Keluarga jelas kaget. Apalagi, hingga kini pemerintah sama sekali tidak memberikan informasi terkait dengan kematian Endang tersebut. ''Yang kasih kabar itu teman-temannya, bukan pemerintah. Itu yang membuat keluarga sangat tidak terima,'' ujar Susiowati.
Bukan hanya pemerintah, pihak yang membawa kakaknya tersebut juga harus bertanggung jawab. Sebab, hingga kini pertanggungjawaban dari PT pengerah tenaga kerja nyaris tidak ada. ''Sudah saya tanyakan. Tapi, jawabannya suruh ikhlaskan saja,'' ungkapnya.
Menurut Susiowati, jawaban tersebut sangat tidak pantas dan membuat keluarga benar-benar geram. ''Barang bisa dibeli, kalau nyawa tidak bisa dibeli,'' tuturnya dengan nada emosional.
Dia menyebutkan, orang yang membawa kakaknya pergi ke luar negeri pada 2007 itu beralamat di Kecamatan Giri. Namun, orang tersebut tidak menunjukkan kepedulian, apalagi tanggung jawab. ''Kalau bawa orang, ya harus dikembalikan,'' paparnya.
Kenyataan pahit harus dirasakan keluarga itu tanpa kompensasi sama sekali. Apalagi, jasad almarhum tidak dipulangkan. ''Saya akan laporkan masalah ini ke polisi,'' kata Susiowati.
Riska Nurvianti, 19, putri tunggal almarhum, mengungkapkan bahwa dirinya sangat kehilangan atas kepergian sang ibu. Mengingat, dia tidak pernah bertemu sejak Endang kali pertama pergi ke luar negeri. ''Ibu nggak pernah pulang. Tahu-tahu sudah meninggal dunia,'' papar Riska. (ton/c1/aif/jpnn)
Jasad ibu satu anak itu dimakamkan di Arab Saudi tanpa sepengetahuan dan persetujuan keluarga. Hal itulah yang membuat keluarga sangat terpukul.
Berdasar informasi, Endang mengembuskan napas terakhir pada 7 Mei 2013 di rumah sakit. Janda tersebut dinyatakan meninggal setelah mengalami pendarahan hebat. Susiyowati, 41, adik almarhum, menyatakan bahwa dirinya menerima kabar kematian tersebut dari teman-teman kakaknya yang juga bekerja di Arab Saudi.
Menrut kabar awal, korban meninggal lantaran terjatuh dari kamar mandi. ''Tapi, ada kabar lagi meninggal karena dibunuh orang,'' katanya.
Keluarga jelas kaget. Apalagi, hingga kini pemerintah sama sekali tidak memberikan informasi terkait dengan kematian Endang tersebut. ''Yang kasih kabar itu teman-temannya, bukan pemerintah. Itu yang membuat keluarga sangat tidak terima,'' ujar Susiowati.
Bukan hanya pemerintah, pihak yang membawa kakaknya tersebut juga harus bertanggung jawab. Sebab, hingga kini pertanggungjawaban dari PT pengerah tenaga kerja nyaris tidak ada. ''Sudah saya tanyakan. Tapi, jawabannya suruh ikhlaskan saja,'' ungkapnya.
Menurut Susiowati, jawaban tersebut sangat tidak pantas dan membuat keluarga benar-benar geram. ''Barang bisa dibeli, kalau nyawa tidak bisa dibeli,'' tuturnya dengan nada emosional.
Dia menyebutkan, orang yang membawa kakaknya pergi ke luar negeri pada 2007 itu beralamat di Kecamatan Giri. Namun, orang tersebut tidak menunjukkan kepedulian, apalagi tanggung jawab. ''Kalau bawa orang, ya harus dikembalikan,'' paparnya.
Kenyataan pahit harus dirasakan keluarga itu tanpa kompensasi sama sekali. Apalagi, jasad almarhum tidak dipulangkan. ''Saya akan laporkan masalah ini ke polisi,'' kata Susiowati.
Riska Nurvianti, 19, putri tunggal almarhum, mengungkapkan bahwa dirinya sangat kehilangan atas kepergian sang ibu. Mengingat, dia tidak pernah bertemu sejak Endang kali pertama pergi ke luar negeri. ''Ibu nggak pernah pulang. Tahu-tahu sudah meninggal dunia,'' papar Riska. (ton/c1/aif/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tarif Tertinggi Taksi Bandara di Makassar Rp 130 Ribu
Redaktur : Tim Redaksi