Awal petaka yang menimpa Nitasari terjadi sekitar 2 bulan sebelum lebaran tahun lalu. Saat itu datang seorang laki-laki bernama Aris (35), warga Desa Kewayuhan Kecamatan Pejagoan ke rumah Nitasari. Kepada korban dan kedua orang tuanya, Aris mengaku sebagai agen resmi penyalur tenaga kerja ke Malaysia .
Aris kemudian menjanjikan pekerjaan dengan gaji yang lumayan besar jika korban mau bekerja di Malaysia sebagai pelayan toko. “Katanya mau digaji 450 ringgit perbulan,” kata Ani.
Mengenai biaya pemberangkatan, akan ditanggung sepenuhnya oleh Aris. “Mbayarnya dengan sistem potong gaji kalau sudah bekerja disana,” imbuhnya.
Sebenarnya Ani merasa keberatanSelain belum pengalaman, Nitasari sendiri sebenarnya masih duduk di bangku kelas 2 SMK Tamtama Prembun. Namun karena Nitasari dan bapaknya bersikeras, maka Ani pun merelakan kepergian anaknya tersebut. Selang satu minggu kemudian, Nitasari pun berangkat. Tapi dia diharuskan transit terlebih dahulu di Tanjungpinang, Sumatera untuk kursus keterampilan selama dua bulan.
Nitasari sendiri masih susah untuk ditanyai, mengingat kondisi kejiwaannya yang masih belum stabil. Bahkan bicaranya pun terkadang masih ngalor-ngidul tidak karuan. Hanya dia sempat mengatakan, di Malaysia dia bekerja di rumah Le Phang Ha di daerah Batupahat, Johor Malaysia sebagai babysitter.
Tetapi selama dia bekerja disana, belum sekalipun dia menerima gaji. “Katanya dipotong langsung oleh agent yang ada di Malaysia ,” ucap dia.. Merasa tidak betah akibat tidak menerima gaji, Nitasari pun bersikeras kepada agent minta dipulangkan ke Indonesia.
Namun perlakuan dari agent sungguh tidak manusiawi. Sembari menangis, Nitasari bercerita, akibat permintaannya tersebut, dia dihukum berdiri selama 4 hari 4 malam dengan posisi tangan harus ke belakang. Makan-minum pun cuma diberi waktu sebentar.
Nitasari akhirnya dikembalikan ke Indonesia setelah Supriyati, kakak Aris yang berada di Tanjungpinang Sumatera, datang menemuinya.
Saat sampai dirumah, 4 Juni lalu, kondisi Nitasari sungguh memprihatinkan. Sekujur tangannya lebam membiru seperti habis dipukuli. Begitu juga pada bagian janggut dan kedua pipinya masih nampak bengkak. Selain itu, dia juga tampak histeris berteriak-teriak dan jatuh pingsan berulang kali. “Yang nganter kesini mas Aris. Saat datang, Aris malah marah-marah ke kami sambil mengatakan anaknya tidak becus bekerja dan tidak nurut,” ujar Ani sambil terisak. Bahkan dia mengancam agar kasus ini tidak usah dipermasalahkan. “Peseduluran bae,” imbuh Ani menirukan ucapan Aris waktu itu. Aris hanya meninggalkan uang sebesar Rp 300.000 disaku baju Nitasari
BACA JUGA: Bandung Tuan Rumah IYF
Mengenai luka lebam itu, Nitasari tidak mau mengaku siapa yang melakukannya.Merasa diperlakukan tidak manusiawi, Ani pun melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian. “Kita minta mas Aris bertanggung jawab atas kondisi anak kami ini,” tandas buruh cuci ini.
Sementara itu, Kabid Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kebumen Dra Haryati mengaku tidak dapat berbuat banyak atas kejadian yang menimpa Nitasari tersebut. “Karena dia tidak terdaftar di Disnakertrans sini. Artinya status dia adalah TKW illegal,” jelasnya.
Meski begitu, lanjut dia, pihaknya tidak akan lepas tangan begitu saja terhadap kasus ini. “Kita akan memfasilitasi dengan mencari perusahaan yang memberangkatkan dia. Kalau ketemu, kita akan minta pertanggungjawabannya,” tegas dia. (has)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Akomodasi-Konsumsi PON Belum Sinkron
Redaktur : Tim Redaksi