jpnn.com, JAKARTA - Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia segera mendapatkan tambahan kekuatan alat utama sistem pertahanan atau alutsista.
TNI AU akan kedatangan pesawat angkut jenis C-130J Super Hercules, yang saat ini sedang diproduksi oleh Lockheed Martin.
BACA JUGA: Perintah Langsung Panglima, TNI AU Kerahkan Pesawat Hercules ke Papua Barat
C-130J Super Hercules yang akan diterima TNI AU merupakan Hercules seri terbaru yang didisain secara modern versi militer, baik teknologi mesin pesawat maupun sistem avioniknya.
"Dengan diperolehnya pesawat dengan mesin, teknologi dan sistem avionik yang modern, merupakan suatu langkah yang besar bagi TNI AU untuk menyesuaikan doktrin Operasi Angkutan Udara," kata Kepala Staf AU Marsekal Fadjar Prasetyo usai mengunjungi dan melihat proses produksi pesawat di Lockheed Martin, AS, pekan lalu.
BACA JUGA: Demi Acara Ini, Pesawat Hercules TNI Angkut 59 Ekor Babi Hutan dari Ambon ke Timika
Marsekal Fadjar menyebut Super Hercules yang dipesan Indonesia sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan dan fasiltas pendukung, di antaranya tempat duduk navigator dan juru mesin di kokpit.
Selain itu, kargo pesawat juga dilengkapi dengan portable passenger seat, toilet, dan pantry serta wiring yang siap digunakan untuk memudahkan loading-unloading barang di pesawat.
BACA JUGA: Anak Petani Sukses Mewujudkan Mimpi Menjadi Prajurit TNI AU
Kepada pihak Lockheed Martin, KSAU berharap adanya jaminan ketersedian dan keberlangsungan suku cadang pesawat, terutama ketersediaan suku cadang sejak awal pesawat dioperasionalkan oleh TNI AU, termasuk juga suku cadang yang bersifat urgen atau mendesak.
Hal lain yang menjadi atensi KSAU adalah pelaksanaan pelatihan yang komprehensif, baik untuk air crew dan ground crew TNI AU, agar mendapatkan kemampuan terbaik dalam mengoperasikan pesawat tersebut.
Pengadaan pesawat C-130J Super Hercules seri terbaru ini akan menambah kekuatan pesawat angkut berat yang digunakan untuk pelaksanaan Operasi Militer Perang dan Operasi Militer Selain Perang, termasuk untuk operasi kemanusiaan dan operasi penanggulangan bencana.
Hingga saat ini, TNI AU masih mengandalkan pesawat C-130 Hercules, sebagai pesawat angkut berat yang telah dioperasionalkan sejak awal 1960.
Indonesia tercatat sebagai pengguna pertama pesawat C-130B Hercules di luar negara Amerika Serikat.
Pesawat C-130 Hercules yang digunakan oleh TNI AU selama ini adalah C-130B dan C-130H/S yang dioperasionalkan di Skadron Udara 31, 32 dan Skadron Udara 33.
Lockheed Martin persisnya merilis C-130J dalam beberapa varian, seperti varian C-130J-30 yang disebut stretched version dengan panjang fuselage ekstra 4,6 meter (long body). Akan ada di dua opsi, yakni C-130J tactical airlifter (varian standar/short body) atau C-130J-30 (long body).
Bila C-130J-30 jadi pilihan, maka pesawat ini dapat membawa payload sampai 20.000 kg.
Untuk angkut pasukan lintas udara, bisa membawa 92 prajurit penerjun, sementara untuk menggeser pasukan reguler, bisa dimuati sampai 128 prajurit.
Ruang kargo C-130J-30 dapat diisi dengan 8 palet kargo militer. Bagi AU AS dan AU Kanada, C-130J-30 disebut sebagai CC-130J Super Hercules
Jika yang dipilih adalah C-130J varian short body, maka pesawat militer itu dapat membawa 19.050 kg.
Untuk angkut pasukan lintas udara, bisa membawa 64 prajurit penerjun, sementara untuk membawa pasukan reguler, ruang kabin dapat dimuati sampai 92 prajurit.
Ruang kargo C-130J varian short body dapat diisi enam palet kargo militer.
Baik C-130J short body dan C-130J-30, dapat membawa satu ranpur pengangkut personel lapis baja atau armoured personnel carrier (APC) jenis M113. (tniau/indomiliter/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Adek