jpnn.com, JAKARTA - Setelah gagal mendapatkan perhatian dari Sidang Umum PBB pada tanggal 22-29 September 2020 lalu, Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) di Papua makin beringas dan membabi buta menyerang aparat negara dan masyarakat sipil. Tindakan tersebut diduga untuk menunjukkan keberadaannya yang makin diabaikan masyarakat.
Cara yang digunakan antara lain memprovokasi, meneror, mengorbankan masyarakat sipil kemudian memfitnah aparat TNI-Polri yang bertugas menjaga keamanan dan kedamaian di Papua. Tujuannya adalah agar masyarakat lokal tertekan dan terpaksa mendukung mereka serta mendapatkan perhatian dunia.
BACA JUGA: KKB di Intan Jaya Nyata, Melakukan Kekerasan Secara Masif
Hal tersebut disampaikan Kepala Penerangan Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suriastawa dalam keterangan persnya, Sabtu (10/10/2020).
Suriastawa menyebutkan serangan KKSB Papua terhadap aparat negara dan masyarakat sipil beberapa bulan terakhir makin mengganas. Dimulai dari penembakan terhadap dua tenaga kesehatan penanganan Covid-19 yakni Almanek Bagau (luka tembak) dan Heniko Somau (tewas di tempat) pada Jumat (22/5/2020) di Distrik Wandai, Kabupatena Intan Jaya.
BACA JUGA: KKB Pimpinan Egianus Kogoya Menyerang Pos TNI, Yulius Wetipo Meninggal Dunia
Selain itu, penembakan petani bernama Yunus Sani (tewas) pada Jumat (29/5/2020) di Kampung Magataga, Distrik Wandai, Kabupaten Intan Jaya; penembakan warga bernama Laode Zainudin (luka tembak) pada Sabtu (15/8/2020) di Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Kabupatena Intan Jaya, penembakan 2 warga sipil berprofesi tukang ojek bernama Laode Anas (kemudian meninggal dunia) dan Fatur Rahman (luka tembak) pada Senin (14/9/2020) di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.
Menurutnya, pembunuhan warga sipil berprofesi tukang ojek bernama Badawi (tewas di tempat) dan penembakan anggota TNI bernama Serka Sahlan (tewas di tempat) pada Kamis (17/9/2020) di Kampung Hitadipa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.
BACA JUGA: Puluhan Ribu Guru Honorer Segera Diangkat Jadi PPPK, Begini Respons Ali Zamroni DPR
Selain itu, penyerangan Koramil Persiapan Hitadipa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya pada Sabtu (19/9/2020) yang menewaskan anggota TNI bernama Pratu Dwi Akbar Utomo, penembakan Pendeta Yeremia Zanambani (kemudian meninggal dunia) pada Sabtu sore (19/9/2020) Kampung Hitadipa, Distrik Sugapa, Kab. Intan Jaya ; penembakan Polisi dan transportasi di sekitar Bandara Bilorai, Distrik Sugapa, Kab. Intan Jaya pada Jumat (18/9/2020) dan Jumat (25/9/2020).
Dia juga menyebutkan penembakan ke arah Kodim Persiapan Kabupaten Intan Jaya pada Senin (5/10/2020); penembakan pos TNI di Pasar Baru Kenyam Kabupaten Nduga pada Selasa (6/10/2020) yang menewaskan warga sipil bernama Yulius Wetipo.
Selanjutnya, penyerangan terhadap rombongan TGPF di tanjakan Wabogopone, Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya pada Jumat (9/10/2020) yang mengakibatkan anggota Tim bernama Bambang Purwoko (Dosen UGM) dan tim pengamanan bernama Sertu Faisal Akbar menderita luka tembak. Hingga pagi ini Sabtu (10/10/2020), KKSB melakukan serangan ke Pos TNI di Kampung Koteka, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga.
Kolonel Czi IGN Suriastawa mengatakan rangkaian kekerasan yang dilakukan KKSB ini terlihat makin brutal dan gelap mata. Mereka tidak lagi memperhatikan siapa yang menjadi korban.
“Hal ini sangat disesalkan karena ini berarti pelanggaran terhadap HAM dan nilai-nilai kemanusiaan. Masyarakat sipil adalah pihak yang perlu dilindungi oleh semua pihak,” tegas Suriastawa.
Sama seperti serangan-serangan sebelumnya, kata dia, serangan KKSB terhadap Pos TNI pagi ini Sabtu (10/10/2020) di Kampung Koteka, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga diduga untuk memprovokasi TNI agar membalas tembakan. Namun ternyata TNI bertindak profesional dengan tetap siaga dalam kedudukan pertahanannya dan terus mengintai arah datangnya tembakan.
TNI akan membalas tembakan dengan terbidik bila anggota KKSB yang melakukan tembakan telah teridentifikasi dengan pasti untuk menghindari jatuhnya korban sipil di sekitar tempat kejadian. Hal ini juga dilakukan personel TNI lainnya yang bertugas di setiap tempat di Papua.
Kapen Kogabwilhan III menyampaikan ada fenomena menarik dari taktik yang dimainkan KKSB akhir-akhir ini dengan berusaha memprovokasi TNI-Polri di setiap tempat, waktu dan kesempatan dan menyerang di tengah-tengah keramaian masyarakat sipil.
“KKSB berharap agar TNI-Polri membalas tembakan sehingga bila jatuh korban masyarakat sipil akan menjadi bahan fitnah dan berita bohong KKSB bahwa para korban dibunuh oleh TNI,” katanya.
“Sepertinya cara ini merupakan pesanan dari pendukung mereka di luar negeri yang selalu berbicara tentang pelanggaran HAM. Mereka butuh bahan untuk memojokkan Pemerintah Indonesia di forum internasional, namun ternyata merekalah pelakunya. Sudah beberapa kali kesempatan terbukti bahwa KKSB dan pendukungnya selalu memutarbalikkan fakta kejadian. Mereka tidak berkomentar bila korban yang terbukti mereka bunuh adalah warga sipil baik orang asli Papua maupun pendatang. Ini bukti bahwa merekalah pelanggar HAM yang sebenarnya,” ujarnya.
Menurutnya, sangat besar kemungkinan, karena TNI bersikap profesional, tetap tenang, tidak membalas tembakan dari serangan-serangan mereka, KKB sendirilah yang akan menembakan dan berusaha membunuh warga sipil sebagai bahan fitnah kepada TNI-Polri.
“Semoga warga masyarakat dan dunia internasional bisa paham akan situasi ini dan tidak mudah percaya dengan fitnah dan berita bohong yang selalu dimainkan KKSB beserta kelompok pendukungnya di luar negeri,” kata Kapen Kogabwilhan III.(fri/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Friederich