"Di sinilah sulit memerankan diri sebagai tokoh agama atau sebagai aktor politik. Karena keduanya memang berbatasan tipis," kata Nasaruddin Umar di sela Kongres Tokoh Agama IV tahun 20012 di Jakarta, Jumat (7/12).
Menurutnya, peran yang saling bersentuhan itu butuh kearifan tokoh agama. Agar tidak menyeret ruang agama dalam kegiatan politik. Fenomena tokoh agama yang terjun berpolitik sejatinya tidak bermasalah, asalkan tidak menggunakan simbol agama selama berpolitik.
"Ini yang sulit dibatasi. Makanya seorang tokoh agama yang ingin berpolitik harus memahami peran yang tipis itu," ujar mantan Penasehat Keagamaan Kepresidenan ini.
Dia mengajak tokoh agama dapat lebih menjaga dari tarikan politik. Apalagi jelang Pemilu 2014, tokoh agama lebih memerankan diri sebagai inspirator dan pemberi pencerahan. Jika harus masuk jalur politik, Nasaruddin meminta tidak membawa kepentingan politik dalam agama.
Ditanya perlunya menyusun etika tokoh agama, Nasaruddin mengatakan hal seperti itu bisa saja. Tetapi lebih diutamakan membangun komunikasi antar tokoh agama, sehingga bisa menyelasikan semua persoalan bangsa. "Bertemunya tokoh agama itu sudah menjadi berkah. Ini dulu yang penting," ucapnya. (rko)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Garap Awang, Jaksa Tunggu Salinan Putusan MA
Redaktur : Tim Redaksi