Ketua Pranata Kebudayaan Betawi, yang juga mantan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Margani M Mustar, mengatakan, kebudayaan Betawi membutuhkan pemimpin yang berjiwa mengayomi. Dalam beberapa kesempatan ia mendengar sendiri janji Jokowi, terkait komitmenya untuk memperhatikan pengembangan budaya Betawi. "Janji itu membuat kami optimis Jokowi akan memperhatikan kebudayaan Betawi," kata Margani, saat Kegiatan Semiloka Pranata Kebudayaan Betawi 2012, di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Kamis (4/10).
Menurut Margani, penerapan kebudayaan Betawi mendapatkan pengakuan sejak tahun 1974. Ketika itu, di masa kepemimpinan Gubernur DKI, Bang Ali Sadikin, perkembangan dan dimensi kebudayaan Betawi mengalami perkembangan dan kemajuan secara signifikan. ’’Selama ini perkembangan kebudayaan tidak ditentukan dengan etnik pimpinan. Oleh karena itu, saya optimis walaupun gubernur yang sekarang, Pak Jokowi bukan orang Betawi tapi Insya Allah beliau akan ikut mengembangkan budaya Betawi,’’ tukasnya.
Pengurus Pranata Kebudayaan Betawi, Effendi Yusuf, mengungkapkan, warga Betawi memang berharap gubernur baru dapat memperhatikan masa depan kebudayaan Betawi. Namun, bukan berarti warga Betawi menggantungkan sepenuhnya nasib mereka pada gubernur. Mereka tetap berjuang melalui banyak hal. Salah satunya dengan menggelar kegiatan Semiloka Pranata Kebudayaan Betawi, yang dihadiri para tokoh kebudayaan dan akademisi. Kegiatan tersbut merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan amanat pada Kongres Kebudayaan Betawi, Semiloka Pranata Kebudayaan Betawi sudah dilaksanakan beberapa kali pertemuan sejak bulan Juni 2012.
Sebelumnya, Kongres Kebudayaan Betawi diselenggarakan pada 5-7 Desember 2011 silam, yang melahirkan tiga rekomendasi diantaranya, diperlukan adanya pranata kelembagaan budaya Betawi, lokakarya kebudayaan Betawi dan merealisasikan 11 bidang atau aspek kebudayaan Betawi. ’’Rumusan yang dibuat dalam lokakarya memungkinkan untuk mengembangkan budaya Betawi hingga semakin meluas. Namun, kami berharap ada semacam pemangku adat dalam suatu institusi. Paling tidak bisa memberikan norma dan kaidah kepada masyarakat Betawi yang berada di ibukota,’’ terang Effendi.
Budaya Betawi, diungkapkan Effendi, sebenarnya bukan hanya milik warga Jakarta melainkan sudah menjadi bagian dari budaya lokal asli Bangsa Indonesia. ’’Kami selalu berharap kebudayaan dan tradisi orang Betawi ini dapat menjadi contoh bagi masyarakat nasional,’’ tuturnya. Adapun budaya Betawi yang patut dicontoh diantaranya bersifat, egalitar demokratis, terbuka dan santun.
"Kalau ini sudah membudaya di Indonesia maka bukannya tidak mungkin, Bangsa ini akan mengalami kemajuan dengan bermodalkan nilai budaya asli," tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Tatang Hidayat menambahkan, pranata kebudayaan Betawi harus menjadi kearifan lokal sebagai pembentukan karakter masyarakat jakarta. Kearifan lokal sejauh ini sudah memberikan nuansa kepada masyarakat Jakarta. ’’Sehingga menjadikan ibukota sebagai tempat yang nyaman, aman serta bisa menerima sodara kita, baik yang datang dari lingkup nasional maupun internasional,’’ tukasnya. (wok)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ancam Investasi Baru
Redaktur : Tim Redaksi