Perdana Menteri Australia, Scott Morrison telah menuduh sejumlah tokoh-tokoh senior Muslim memboikot petemuan dengan dirinya. Boikot ini terkait dengan komentar PM Morrison soal serangan teror di Melbourne.
PM Morrison direncanakan bertemu dengan beberapa pimpinan komunitas Muslim pada pekan ini dalam sebuah diskusi untuk membicarakan insiden yang menewaskan dua orang, 9 November lalu.
BACA JUGA: Alasan Australia Bisa Membatalkan Paspor Tersangka Teroris
Beberapa hari setelah serangan terjadi, PM Morrison menyebutnya "Islam yang radikal, keras, dan ekstrim" menjadi ancaman terbesar bagi kemanan nasional Australia.
Kelompok pemimpin Muslim yang terdiri dari sembilan orang, termasuk mufti tertinggi sendiri menyatakan kekecewaannya atas komentar PM Morrison.
BACA JUGA: BNN: Selama Jalani Hukuman, Renae Lawrence Dapat Perlakuan Sama
Mereka juga meminta pertemuan ditunda sampai adanya penyelesaian atas keberatan mereka.
"Pernyataan-pernyataan ini tidak mencapai apa pun untuk mengatasi masalah sebenarnya, tetapi justru telah mengasingkan sebagian besar komunitas Muslim," tulis kelompok pemimpin Muslim.
BACA JUGA: Terpidana Bali Nine Matthew Norman Berharap Juga Bisa Bebas
Dalam serangkaian unggahan di laman Twitternya, PM Morrison mengatakan pemboikotan pertemuan tersebut sebagai "upaya penyangkalan" yang berlanjut dari para pemimpin Muslim, yang membuat komunitasnya "kurang aman dan lebih rentan".
"Pertemuan ini akan berlanjut dengan mereka yang ingin menangani masalah ini dengan serius, bukan sebaliknya," katanya di Twitter.
Awal bulan ini, Hassan Khalif Shire Ali menikam tiga orang di CBD Melbourne, termasuk menewaskan pemilik restoran terkenal, Sisto Malaspina.
Hassan meninggal di rumah sakit karena luka tembak.
Berbicara setelah kejadian itu, PM Morrison tidak mengatakan kesehatan mental sebagai "alasan" insiden tersebut.
"Dia adalah seorang teroris. Dia adalah teroris ekstrimis radikal yang menikam pisau ke warga Australia lainnya, karena dia telah diradikalisasi di negara ini," kata PM Morrison.
Ia juga mengatakan ingin agar para imam untuk memberi perhatian lebih besar kepada orang-orang yang berisiko teradikalisasi dan meminta mereka untuk melaporkan kekhawatiran kepada pihak berwenang.
Dalam surat pernyataan, para pemimpin senior Muslim mengatakan PM Morrison "menyimpulkan bahwa komunitasnya secara kolektif bersalah atas tindakan kriminal yang dilakukan seorang individu".
"Untuk mengadakan sebuah pertemuan berarti yang akan menghasilkan hasil yang positif, peserta harus yakin bahwa pandangan dan kekhawatiran mereka akan benar-benar dihormati dan pertemuan ini tidak akan digunakan untuk menekankan sentimen bahwa komunitas Muslim tidak valid dan memecah-belah," tulis mereka.
"Tujuan pertemuan itu tidak menyatakan keyakinan seperti itu."
ABC mendapatkan informasi jika 10 kelompok masih akan menghadiri pertemuan dengan Perdana Menteri hari Kamis (22/11/2018).
Simak laporannya dalam bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Kota di Australia yang Ditinggalkan Penduduknya Dalam Semalam