BANGKOK - Dr Htut Aung, Chairman dan CEO Eleven Media Group di Myanmar yang dikenal karena keberaniannya melawan sensor penguasa di negerinya, dianugerahi Golden Pen of Freedom 2013. Penghargaan lambang pejuang kebebasan pers ini diberikan oleh Asosiasi Surat Kabar Dunia dan News Publisher (WAN-IFRA).
Penyerahan penghargaan dilakukan, Senin (3/6) di Bangkok, Thailand, bersamaan dengan acara pembukaan World Newspaper Congress dan World Editors Forum yang dihadiri lebih dari 1.500 penerbit, pemimpin redaksi, CEO, direksi, duta besar dan ratusan tamu penting lainnya.
"Saya punya prinsip saat melakukan bisnis. Namun saya tidak pernah berubah soal kebebasan pers. Saya menolak tegas segala bentuk pelecehan dan membela idealisme jurnalisme saya, etika saya, standar saya. Tidak peduli apakah rezim militer akan mencoba melakukan perubahan, saya tidak akan pernah biarkan mereka menyentuh prinsip-prinsip ini," tegas Aung disambut standing applaus para hadirin.
Dengan jaringan media yang dimilikinya, Htut Aung dan stafnya terus berkampanye tanpa lelah, demi tegaknya transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di Myanmar. Grup media yang sudah berdiri selama 11 tahun itu pernah mendapatkan perlakuan intimidatif dari rezim militer di Myanmar yang tidak senang dengan berbagai pemberitaan.
Kantor mereka pernah digerebek intelijen militer. Bahkan, ada redaktur grup media pimpinan Htut Aung yang harus dipenjara dan dihukum mati karena dianggap makar terhadap pemerintahan. Htut Aungsendiri pernah ditangkap tahun 2011, meski akhirnya kemudian dibebaskan.
Presiden Editor World Forum, Erik Bjerager mengatakan, penghargaan Pen of Freedom yang diberikan untuk Aung Aung sudah melalui proses yang panjang. Ia dinilai ikut andil membentuk Myanmar yang kini dalam masa transisi pemerintahan menuju ke arah yang lebih demokratis.
"Myanmar sedang membangun untuk jangka panjang, dan media memiliki peran penting selama masa transisi guna meletakkan dasar yang kokoh bagi generasi mendatang. Seorang pria yang mengetahui hal ini lebih daripada orang lain adalah penerima penghargaan kami, Dr Dari Htut Aung," tegas Bjerager.
Di bawah kepemimpinan Htut Angu, sambung Bjerager, Eleven Media Group telah berkembang secara bisnis meskipun pernah melalui tahun-tahun penuh kesulitan. "Ia membangun bisnisnya dari level paling bawah ke atas. Ia menghadapi tekanan pemerintah yang berat. Meskipun demikian, ia secara konsisten menentang pembatasan kebebasan berekspresi. Dr Htut Aung berdiri untuk junta, dan hari ini, Eleven Media terus memperluas batas-batas kebebasan yang ditemukan Myanmar," ungkap Bjerager.
Saat ini, Eleven Media Group mempekerjakan 120 wartawan dan terbit empat kali seminggu. Medianya juga beroperasi dalam bentuk layanan mobile bahasa Inggris dan website.(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Virus Mirip SARS, Tiga Lagi Tewas
Redaktur : Tim Redaksi