jpnn.com, JAKARTA - Tokomodal menyasar pendanaan modal usaha untuk warung-warung skala kecil atau yang termasuk ke dalam kategori usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Tokomodal merupakan platform teknologi finansial (fintech) penyedia pinjaman modal dengan sistem peer-to-peer. Hal itu berdasarkan pada masalah yang paling sering ditemui pemilik warung-warung UMKM, yaitu keterbatasan modal untuk belanja sehingga mengalami opportunity loss.
BACA JUGA: Networking Jadi Modal Penting Bagi Mahasiswa saat Rintis Usaha
“Kalau pakai pinjaman konvensional di bank prosesnya memakan waktu lama. Sementara dengan sistem peer to peer lending, di mana kami sebagai platform matchmaking, ada warung yang dalam sehari bisa transaksi dua sampai tiga kali, frekuensinya lebih tinggi agar mereka bisa punya persediaan barang lebih banyak sehingga omzetnya pun akan naik,” ujar Co-Founder dan CEO Tokomodal, Chris Antonius dalam keterangannya, Selasa (24/9)
Warung-warung yang bisa mengajukan pinjaman modal adalah UMKM binaan Alfamikro. Sebelumnya memanfaatkan fasilitas pinjaman dengan model cash on delivery. Sedangkan, setelah adanya aplikasi Tokomodal dari perusahaan PT Toko Modal Mitra Usaha ini, para peminjam difasilitasi dengan teknologi finansial yang membuat proses peminjaman dana menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan biayanya lebih ringan.
BACA JUGA: Fintech Exhibition 2019 Diikuti 50 Platform Financial Technology
“Tokomodal melakukan kerja sama dengan mitra kami, Alfamikro, karena yakin dengan sistem seleksi dan cara pembinaan mereka, sehingga UMKM yang masuk ke dalamnya merupakan UMKM yang memang layak. Hal ini adalah cara kami untuk menjamin keamanan pemodal untuk memberikan pinjaman. Itulah mengapa bagi kami sangat penting untuk memilih mitra yang punya kesesuaian visi dan misi,” Chris menambahkan.
Terlebih, dengan status Tokomodal sebagai platform pendanaan modal yang sudah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Chris Antonius yakin, bisnisnya akan terus bertumbuh. Terbukti, dari 40.000 UMKM binaan Alfamikro, saat ini Tokomodal sudah memberikan pendanaan kepada sekitar 10.000 warung UMKM di 100 kota yang tersebar 22 provinsi seluruh Indonesia dengan jumlah sekitar 1.200 pemodal.
Tokomodal juga menargetkan jumlah UMKM yang ingin dibantu, yaitu sebanyak 15.000 UMKM pada akhir 2019. Target itu sejalan dengan harapan OJK mengenai banyaknya penerima pinjaman modal usaha yang bisa dijangkau oleh pelaku teknologi finansial peer-to-peer lending.
“Kami tidak pernah mengukur aktif atau tidaknya platform pendanaan ini dari jumlah pinjaman yang diberikan. Kami akan selalu memertanyakan sudah berapa jumlah orang diberikan pinjaman, karena itulah sebenarnya esensi dari inklusivitas pendanaan, yaitu menyejahterakan orang banyak untuk mewujudkan keadilan sosial,” ujar Direktur Pengaturan, Perizinan, dan Pengawasan OJK, Hendrikus Passagi.
Bukan hanya mengenai inklusivitas peminjaman modal usaha, Chris yang menjadi pembicara dalam Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta Convention Center pada 24 September 2019, juga menyoroti tentang perlindungan data pribadi pemodal dan peminjam di Tokomodal.
Menurut Chris yang juga Wakil Ketua untuk Sektor Produktif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), pihaknya ingin mengedukasi masyarakat untuk mengajukan pinjaman melalui platform yang terdaftar di OJK sehingga terjamin keamanannya. Hal itu bisa diketahui dengan perlindungan data pribadi pada platform tersebut, di mana platform legal hanya bisa mengakses kamera, mikrofon, dan lokasi, tanpa permintaan akses terhadap kontak ataupun galeri di smartphone pengguna.
“Menurut saya, perlindungan data pribadi adalah sebuah proses yang tiada akhirnya. Komitmen kami berinovasi, karena dengan ancaman teknologi yang semakin canggih, istilahnya kami akan semakin melawan,” pungkas Chris. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad