Toleransi Telah Jadi Filosofi Kehidupan Orang Papua

Kamis, 04 April 2024 – 01:26 WIB
Webinar Tradisi Ramadhan di Papua: Memperkuat Toleransi dan Harmonisasi, Rabu (3/4/2024). Foto: dok source for JPNN

jpnn.com - Di Papua, kerukunan antar umat beragama terbukti kuat dan solid. Keberagaman agama dan kepercayaan tradisional selalu ditandai dengan sikap toleransi, saling menghormati dan menghargai keyakinan satu sama lain sehingga hidup berdampingan dalam damai dan harmoni.

Menurut tokoh muda Papua, Jan Cristhian Arebo, para pemuda memiliki peran aktif dan sangat besar dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di Papua.

BACA JUGA: Polda Papua Buka Penerimaan Bintara Polri, Kuotanya 2.000 Personel

Mereka bersama para pemimpin agama sering kali menjadi agen perubahan dalam mempromosikan dialog, toleransi, dan penghargaan terhadap keragaman agama sehingga dapat membangun jembatan antara berbagai kelompok agama dan memperkuat ikatan sosial yang positif.

“Kerukunan antar umat beragama di Papua menjadi alat untuk mempererat persatuan bangsa dalam bingkai NKRI,” kata Arebo.

BACA JUGA: PAN Papua Tengah Buka Opsi Koalisi Parpol Lain di Pilkada 2024

Wujud toleransi umat beragama di Papua misalnya pada saat pembangunan tempat ibadah, saling membantu dalam membangun masjid dan gereja.

Papua memiliki budaya toleransi yang kuat, salah satunya tradisi Bakar Batu dari Suku Dani. Juga menjadi media untuk mendamaikan kedua belah pihak yang bertikai.

BACA JUGA: Pupuk Subsidi Naik 100 Persen, Petani di Papua Selatan Ingin Tingkatkan Produktivitas

Oleh karena itu, Ketua PWNU Papua Toni Wanggai menyatakan bahwa tradisi beragama menjaga toleransi dan harmonisasi telah menjadi filosofi kehidupan orang Papua.

Tradisi satu tungku tiga batu, telah menajdi praktik kehidupan sehari-hari. Adat dan agama tidak bertentangan bahkan saling melengkapi, sehingga telah menjadi kekayaan utama.

Oleh karena itulah, Papua dikenal tanah damai dan telah dibuktikan adanya deklarasi Papua tanah damai oleh para tokoh setempat.

Atas dasar deklarasi itu, setiap tanggal 5 Februari diperingati hari seluruh agama-agama.

"Inilah kenapa kerusuhan Ambon dan Poso tidak merembet ke Papua, yang menunjukkan komitmen orang papua menjaga kedamaian dan menebarkan kasih sayang," kata dia.

Ia juga menegaskan bahwa adat dan agama di Papua saling terkait erat dan melengkapi.

Masyarakat Papua berhasil menyeimbangkan nilai-nilai adat mereka dengan keyakinan agama mereka, sementara yang lain mungkin memilih untuk memprioritaskan salah satu di atas yang lain.

Antropolog, Prof Dr. M Ikhsan Tanggok menyatakan bahwa adat dan agama masih bisa kompromi, bisa beradaptasi untuk dipraktekkan seperti halnya di Indonesia.

Seperti bakar batu yang dulunya bakar daging babi, dapat diganti dengan daging hewan lainnya seperti ayam, kambing dan lain-lain.

Ada kelompok tertentu yang tidak mau mencaur baur antara adat dan agama, tapi tidak terlalu banyak. Jadi, masyarakat meski beragama namun tidak dapat meninggalkan adatnya.

Agama tanpa adat juga sulit diterjemahkand dan dibumikan

“Situasi harmoni saat bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri di tanah Papua diharapkan menjadi contoh bagi masyarakat dunia bagaimana wilayah mayoritas Kristen bisa menghargai kelompok minoritas di dalamnya. Tidak ada lagi kasus kedepan yang dapat merusak citra Papua sebagai wilayah yang harmonis,” ujar dia pada Webinar Tradisi Ramadhan di Papua: Memperkuat Toleransi dan Harmonisasi, Rabu (3/4).

Hal sama disampaikan peneliti BRIN, Dr. Mohammad Fathi Royyani, bahwa harmonisasi, toleran dan menghargai keberagaman adalah urat nadi dan genetis bagi orang Papua.

Hal tersebut menambah keindahan lanskap Papua secara keseluruhan, tidak saja indah alamnya, tapi lanskap budaya, agama dan sosial juga indah.  

Menurutnya, adat dan agama di Papua saling terkait erat dan melengkapi. Masyarakat Papua berhasil menyeimbangkan nilai-nilai adat mereka dengan keyakinan agama mereka, sementara yang lain mungkin memilih untuk memprioritaskan salah satu di atas yang lain. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Papua   Ramadan   toleransi   Tradisi   

Terpopuler