jpnn.com, SURABAYA - Angka penderita HIV/AIDS di Kota Surabaya, Jatim masih tinggi. Berdasar data, sepanjang tahun lalu ada sekitar 1.100 kasus.
Penanganannya memang tidak cukup dengan melakukan pengobatan dan keterlibatan dokter kesehatan saja.
BACA JUGA: Banyak Pasien HIV/AIDS Takut Konsumsi ARV
Namun, butuh sosialisasi penyadaran yang menyentuh masyarakat dan melibatkan semua pihak.
Hal itulah yang diupayakan mahasiswa lintas program studi dan fakultas Universitas Airlangga di Aula Kecamatan Benowo.
BACA JUGA: 5 Mitos tentang Kondom
Ni Ketut Alit Armini, pendamping mahasiswa dalam program Kuliah Kerja Nyata Inter Professional Education, menyatakan bahwa selama ini penderita HIV/AIDS seakan menjadi tanggung jawab dokter.
BACA JUGA : Banyak Pasien HIV/AIDS Takut Konsumsi ARV
BACA JUGA: Data Terbaru Seputar Penderita HIV/AIDS, Daerah Ini Tercatat Paling Tinggi
Padahal, penanganannya membutuhkan peran dan uluran tangan berbagai pihak. ''Selain melakukan konsultasi ke dokter, penderita butuh bantuan psikolog, tokoh agama, keluarga, dan masyarakat sekitar,'' katanya.
Karena itu, kebiasaan masyarakat memandang hina, memojokkan, dan melabelkan penderita HIV/AIDS dengan kata-kata negatif harus disudahi.
Sebab, hal tersebut hanya akan memperparah penderita. ''Penderita bukan untuk dikutuk, tapi harus dirangkul dan diajak agar mereka diberdaya,'' ujar Alit.
Dalam acara bertajuk Stop Stigma Negatif HIV/AIDS itu, dr Erwin Astha Triyono SpPD, dokter yang sudah lama melintang dalam penanganan HIV/AIDS, menjelaskan bahwa untuk menurunkan angka penderita penyakit seksual tersebut, butuh bantuan dan kerja sama semua pihak.
Baik dalam pencegahan, penanganan, maupun dalam gerakan penyadarannya. ''Pengidap penyakit ini adalah usia produktif. Maka, remaja, pelajar dan mahasiswa itulah yang digerakkan. Yang awalnya menjadi objek sosialisasi harus menjadi subjek,'' tegasnya.
BACA JUGA : Tiap Bulan 50 Penderita AIDS Baru Masuk Rumah Sakit
Kepala Puskesmas Sememi di Benowo dr Lolita Riamawati menambahkan, sosialisasi perlu digalakkan secara rutin.
Terlebih, kawasan itu memiliki sejarah bersentuhan langsung dengan keberadaan lokalisasi seks komersial.
Meski sekarang sudah ditutup, penderitanya masih ada. ''Penderitanya kami beri jaminan hidup berkualitas dan berdaya. Masyarakat kami ajak untuk sadar kesehatan serta mahasiswa kami ajak terlibat aktif,'' tuturnya. (his/c13/tia/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Enam PSK Pengidap HIV Dipulangkan ke Keluarganya
Redaktur & Reporter : Natalia