Tolong Dibaca! Tertulari Virus Corona Bukan Aib!

Jumat, 27 Maret 2020 – 04:23 WIB
Ruang isolasi untuk merawat pasien suspect virus corona. Foto: ANTARA/Akhmad Nzaruddin Lathif

jpnn.com - Virus corona masih menjadi isu kesehatan yang hangat sampai saat ini. Sayangnya, virus yang juga disebut COVID-19 ini, memunculkan beberapa stigma di masyarakat yang justru menyedihkan.

Beberapa orang menganggap bahwa menjadi pasien positif coronavirus adalah sebuah aib yang menjijikan bagi si penderita, bahkan termasuk keluarganya. Anda harus tahu, terinfeksi virus corona bukan berarti aib, lho!

BACA JUGA: Jangan Khawatir, Bersin Bukan Pertanda Anda Terinfeksi Corona

Banyak Pasien Positif Corona dan Keluarga Menutup-Nutupi

Semakin hari, penambahan kasus positif corona semakin membuat banyak orang takut dengan penyebaran virus yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Tiongkok ini.

BACA JUGA: Bosan di Rumah aja? Yuk Coba Lakukan 6 Aktivitas ini

Sayangnya, sekarang muncul stigma akibat ketakutan berlebih terhadap penyakit ini. Bahkan, stigma bisa muncul pada orang yang baru menunjukkan gejala ringan, seperti batuk atau bersin saja.

Akhirnya, banyak pasien yang sebenarnya positif virus corona mencoba menutupi agar tidak mendapat stigma. Ini juga dilakukan oleh anggota keluarga yang lain, demi tidak mendapat pandangan buruk dari sekitar.

BACA JUGA: Kondisi Sudah Membaik PascaPositif Corona, Dirjen Zulfikri Beri Imbauan

Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi, seorang psikolog dari KlikDokter, stigma ini muncul karena rasa khawatir berlebih. Jadi bisa disimpulkan bahwa stigma adalah hasil atau produk dari pikiran tidak logis akibat seseorang yang sedang takut.

"Mereka takut dapat stigma sosial dari orang sekitar. Karena misalnya ada orang sekitarnya tahu, tidak usah sampai positif corona, baru gejalanya saja seperti batuk dan pilek, itu sudah bisa bikin orang takut dan tidak mau dekat dengan orang tersebut," ujar Ikhsan.

"Oleh karena itu, daripada dikucilkan oleh pergaulan sosial lebih baik menutupi hal tersebut. Hal ini untuk memenuhi rasa aman dan nyaman dari orang tersebut," ungkap Ikhsan.

Menurut psikolog muda tersebut, jika sampai ada kasus dikucilkan itu, rasa tidak nyaman akan timbul dari setiap orang yang diperlakukan seperti itu. Sehingga supaya aman, mereka menutupinya.

Kesimpulannya, didiagnosis menjadi pasien positif virus corona bukanlah sebuah aib, ya! Bukti jelas menunjukkan, stigma yang ditimbulkan pada pasien virus corona malah dapat memperlambat penanganan dan malah memperluas penyebaran penyakit.

Hal yang harus kita lakukan adalah membangun kepercayaan pada petugas kesehatan, seperti dokter dan perawat, menunjukkan empati pada mereka yang terkena COVID-19, dan memahami penyakit itu sendiri.

Kita perlu melakukan langkah yang dianjurkan oleh pemerintah serta dokter, sehingga diri sendiri dan orang lain tetap aman.

Untuk memerangi stigma tersebut, kita perlu menciptakan lingkungan yang jujur dan terbuka, sehingga semuanya bisa didiskusikan serta ditangani dengan baik. Siapa pun, berperan penting mencegah dan menghentikan stigma COVID-19.(klikdokter)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler