jpnn.com, BANGKOK - General Secretary United Nation World Tourism Organization (UNWTO) Taleb Rifai menaruh simpati kepada Menpar Arief Yahya.
Lebih dari itu, pria asli Jordan yang sudah dua periode menggawangi lembaga PBB di bidang pariwisata itu bahkan merasa kagum dan terharu dengan langkah-langkah strategis yang cepat, cerdas, penuh pehitungan, yang membawa pariwisata Indonesia melompat maju secara fundamental.
BACA JUGA: Garap Homestay Danau Toba, Tanjung Lesung, Bromo-Semeru-Tengger
Bahkan, secara khusus Taleb berpesan melalui Stafsus Menpar Bidang Komunikasi Don Kardono, seusai pertemuan selama satu jam di sela-sela WTTC 17th Global Summit di Bangkok Thailand, 25 April 2017 itu.
"Tolong jaga menteri Anda! Dia sangat hebat," ujar Taleb sambil bersalaman lama saat melepas rombongan Menpar di Hyatt Hotel, Bangkok itu.
BACA JUGA: Begini Cara Kemenpar Dongkrak Wisata MICE Belitung
Taleb yang didampingi Xu Jing, Regional Director for Asia and the Pacific UNWTO itu benar-benar merasa bahagia.
Pasalnya, apa yang disarankan bersama board of director lengkap di Madrid, Spanyol, dua tahun silam dijalankan full speed oleh Menteri Arief.
BACA JUGA: Goda Wisatawan Timor Leste, Atambua Jadi Kota Festival
"Hasilnya selama dua tahun, 2015-2016, Indonesia on projection, on target, on the right track! Perfect!" katanya.
Bahkan, sampai angka capaian kunjungan wisman yang inbound ke Indonesia pun presisi.
Pada 2015 menembus 10.4 juta, dan 2016 didatangi 12 juta.
Indeks daya saing pariwisata Indonesia yang dikalibrasi TTCI (Travel Tourism Competitiveness Index) oleh WEF World Exonomic Forum juga melompat on target.
Dari papan 70 besar dunia melonjak ke 50 pada 2015, dan naik jadi 8 tangga lagi ke posisi 42 di 2017.
Di mata dunia, reputasi pariwisata Indonesia itu sulit terbantahkan.
Taleb merasa terharu, karena banyak rekomendasi UNWTO yang diimplementasikan dengan sangat serius oleh Menpar.
"Karena itu, kami meminta Minister Arief untuk juga berbagi pengalaman dan menjadi narasumber di forum-forum resmi PBB," pinta Taleb.
Tiga poin laporan Menpar Arief yang membuat Taleb terkesan.
Pertama, implementasi go digital di semua lini. Terutama soal Digital Platform Service yang di Indonesia sedang digalakkan dengan model ITX-Indonesia Tourism Xchange.
"Presiden Joko Widodo sering menyebut ekonomi gotong royong! Saya sering mengatakan sharing economy. Sebuah platform digital yang mempertemukan buyers dan sellers secara online, untuk semua industri pariwisata yang bergerak di 3A --atraksi, akses, amenitas-- dan mempertemukan mereka ke global market," jelas Arief.
Semua menjadi sangat murah, mudah, dan cepat, karena terjadi sharing.
Satu platform digunakan beramai-ramai, sehingga harga per satuannya menjadi sangat ekonomis.
"Digital lifetyle tidak bisa dilawan, tidak bisa dihindari, kalau kita tidak menggunakannya juga, kita yang akan tergilas mati," tegas Mantan Dirut PT Telkom yang selama kariernya bergerak di teknologi komunikasi itu.
Agak lama Taleb tertegun. Kerut dahinya semakin berlipat-lipat. Kata-kata Arief itu rupanya sudah terjadi di Eropa.
Arsitek lulusan University of Cairo (1973), lalu master di Illinois Institute of Technology Chicago, dan gelar PhD dari Pennsylvania University itu rupanya sedang memikirkan data dan angka yang mengafirmasi pernyataan Arief.
Industri perhotelan mengeluhkan hadirnya online travel agent, yang mempengaruhi stabilitas harga.
Dia menyebut nama aplikasi yang membuat penyedia jasa akomodasi konvensional atau hotelier merasa terganggu.
Mereka menyebutnya "unregistered accomodation".
Karena murah, mudah, online, mereka sangat cepat berbiak di Eropa. Di Barcelona Spanyol, naik dari 18% menjadi 75%.
Di Paris juga sudah 62%. Giliran Taleb yang belajar dari konsep besar Arief dengan solusi digital atau persoalan digital effect itu.
Ini poin kedua, yang dijelaskan Arief pada Taleb.
Yakni soal homestay desa wisata, yang sedang dibangun Kemenpar bersama Kemen PUPR, Kemendes dan BUMN
"Kami menggunakan istilah homestay desa wisata, yang kelak satu paket.Ada 74 ribu desa di Indonesia, yang akan diarahkan menjadi atraksi budaya tersendiri di destinasi wisata! Mereka akan di digitalisasi, dibina hospitality-nya, dibuatkan platform selling-nya, dan Indonesia akan punya destinasi budaya terbesar di dunia," kata Arief.
Maka dari itu, Taleb setuju jika Indonesia dijadikan "Pilot Project"! sekaligus menjadi model penanganan yang benar terhadap Digital Platform Services, agar tidak terhadi konflik seperti yang terjadi di grab dan gojek di transportasi.
Ada rumus baru yang disampaikan Arief terkait dengan digital lifestyle yang merebak seperti "makhluk angkasa luar" itu.
"Yakni filosofi service excellent. Kalau tidak diimbangi dengan itu, juga tidak akan sustainable," kata dia.
Menpar RI dan Sekjen UNWTO setuju jika penggunaan teknologi Digital sudah tak terelakkan lagi.
Pariwisata sebagai bagian dari service industry pun juga wajib mempunyai filosofi "Cheaper Easier Faster".
Digital teknologi dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Point ketiga, soal Visa Fasilitation, yang menaikkan jumlah wisman tahun 2016, sebesar 20%.
Menpar Arief melaporkan dari 169 negara visa free itu akan dikurangi 49 negara, yakni mereka yang jumlah wismannya di bawah 100 orang.
"Mereka akan diubah statusnya nenjadi Visa on Arrival," tuturnya.
Di poin ini, Sekjen UNWTO Taleb menyarankan pola Electronic Visa.
"Yang menjadi problem bukan biaya visa USD 20 sampai USD 30. Tetapi orang harus datang ke embassy, harus menunggu lama, harus mengisi aplikasi, wawancara, dan lama tidak ada kepastian. Dan ini bisa diselesaikan dengan cara e-visa," kata Taleb.
Satu tema lagi, yang belum sempat di-up date ke UNWTO, yakni air connectivity.
Satu dari tiga prioritas kerja Kemenpar. Kini Menpar Arief sedang gencar roadshow ke Airlines, Airports dan Authority (Airnav dan Kemenhub).
"Intinya, kami undang semua airlines terbang direct flight ke Wonderful Indonesia," ungkapnya.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penerbangan Internasional Garuda Pindah ke Terminal 3 Ultimate
Redaktur & Reporter : Natalia