Tolong, Wanita Renta Ini Menderita Penyakit Perut Buncit

Jumat, 20 September 2019 – 22:29 WIB
Emi menderita penyakit perut buncit. Foto: Deni Setiadi/Antara

jpnn.com, PANDEGLANG - Kondisi Emi (60), warga Kampung Tebet RT 03 RW 06 Desa Montor, Kecamatan Pagelaran, Pandeglang, Banten, sangat memprihatinkan. Wanita renta ini menderita penyakit dengan perut membuncit atau tumor abdomen sejak 2016 lalu, sehingga tidak bisa melakukan aktivitas dengan normal.

Sebelum mengalami penyakit tersebut, janda satu anak ini ditinggalkan suaminya meninggal. Karena keterbatasan biaya, Emi tidak mendapatkan pengobatan dengan layak.

BACA JUGA: Cegah Tumbuh Tumor setelah Operasi Kanker Payudara

Dengan kondisi tersebut, anak Emi, Uung (31), harus merawat ibunya sendiri dengan bekerja serabutan."Ibu saya ini tidak bisa melakukan aktivitas, sebab kondisi perutnya setiap hari semakin membesar. Sekarang ibu tidak bisa apa-apa. Selain perut yang membesar, kaki juga membengkak, sehingga tidak bisa berjalan," katanya, Jumat (20/9).

Kata Uung, ibunya tersebut selalu mendapatkan perawatan dari pihak puskesmas. Namun, untuk melakukan pengobatan lebih lanjut dia tidak memiliki biaya.

BACA JUGA: Tumor Payudara Maria Berhasil Diangkat, Berat 10 Kilogram

"Kalau pihak puskesmas memang selalu ada kesini, dan menyarankan untuk dilakukan perawan. Tetapi, kami keterbatasan biaya karena untuk makan saja susah, karena saya disini paling menjadi buruh membuat emping, itu untuk makan juga susah," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Pagelaran Rd Dadang Supriyatna mengatakan, pihaknya selalu memantau kondisi Emi. Tetapi, penyakit tersebut harus dilakukan dengan mendapatkan perawatan oleh rumah sakit spesialis.

"Kami juga sudah sarankan, agar pasien tersebut dilakukan perawatan ke rumah sakit spesialis seperti ke Darmais Jakarta. Karena, kalau di Banten apalagi di Pandeglang itu tidak ada, kita juga siapkan ambulan bahkan petugas medisnya dari sini untuk mengantar ke sana kalau mau dirawat," katanya.

Namun, lanjutnya, karena keterbatasan biaya keluarga korban enggan untuk dirujuk, terutama biaya untuk kebutuhan menunggu pasien selama dirawat.

"Pasien tersebut memang kondisi ekonominya tidak mampu, sehingga tidak mau dirawat. Karena di sana dulu juga pernah dirawat, tetapi karena tidak ada biaya saat menunggu itu, akhirnya kembali dibawa pulang," ujarnya. (ant/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler