Tommy Soeharto Dinilai Layak Pimpin Golkar

Selasa, 01 Agustus 2023 – 08:28 WIB
Pengamat Sosial Politik Universitas Padjajaran Dr Rusdin Tahir. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Partai Golkar membutuhkan sosok ketua yang berani, tegas dan mampu menerjemahkan sekaligus mengeksekusi keputusan-keputusan penting dalam menjalankan roda organisasi.

Keputusan itu seperti kesepakatan bersama dalam musyawarah tertinggi, yakni Musyawarah Nasional maupun di bawahnya, keputusan rapat kerja nasional.

BACA JUGA: Yang Ingin Jadi Ketum Golkar, Jusuf Kalla: Jangan Harap kalau Tak Punya Modal Rp 600 Miliar

Pengamat Sosial Politik Universitas Padjajaran Dr Rusdin Tahir mengatakan tereksekusinya setiap keputusan bersama akan membuat roda organisasi berjalan dalam menghadapi setiap dinamika yang terjadi.

Tidak terkecuali dalam menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 2024 yang akan dihelat secara bersamaan Pemilu legislative, Pilpres dan Pilkada.

BACA JUGA: Pendukung Wacana Munaslub Golkar Harus Tahu, JK Punya Sikap Begini

“Kemampuan Tommy Soeharto dalam mengeksekusi setiap ide, pemikiran, inovasi, kreativitas, dan kepemikiran visi dan misi dan tentu saja karakteristik kepemimpinannya merupakan modal besar,” kata Rusdin Tahir dalam keterangannya pada Selasa (1/8/2023).

Menurut dia, apabila memperhatikan dan memahami akan sosok seorang Hutomo Mandala Putra -nama lengkap Tommy Soeharto, maka putra Presiden ke-2 RI Soeharto itu mempunyai indikator seorang pemimpin masa depan baik untuk memimpin sebuah partai bahkan memimpin Indonesia.

BACA JUGA: Ketua DPD Golkar se-Indonesia Tolak Munaslub, Zaki: Kami Dukung Airlangga 100 Persen

“Saya meyakini betul sosok kepemimpinan yang dimiliki Tommy Soeharto sangat ideal dengan kriteria yang saya temukan dari berbagai literatur,” ucap Rusdin.

Dalam beberapa tahun ini, kata dia, ada perubahan mendasar pada diri Tommy.

Dia menyebut Tommy makin matang dalam berpolitik sehingga sangat layak kembali ke dunia politik.

Salah satu partai yang layak dimasuki adalah partai yang didirikan dan dibesarkan bapaknya, Partai Golkar.

Senada, praktisi hukum Agus Widjajanto mengungkapkan situasi politik menjelang Pemilu Serentak 2024 tensinya akan sangat tinggi.

Oleh karena itu, kata Agus, banyak partai politik peserta pemilu menyelenggarakan konsolidasi internal menyambut hajat demokrasi lima tahunan tersebut.

Namun alih-alih memperkuat barisan dan menjaga soliditas kader, kata Agus, Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto justru diperiksa Kejaksaan Agung (Kejagung) pada Senin 24 Juli 2023 lalu.

Airlangga diperiksa Kejagung terkait dugaan korupsi ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/cpo) dan produk turunannya.

Dia mengatakan apabila belajar dari sejarah masa lalu baik zaman Orde Lama Soekarno berkuasa dan Orde Baru saat Soeharto berkuasa, saat ini tidak banyak elite partai berlambang pohon beringin yang memiliki dan mempunyai kemampuan eksekutorial setiap kebijakan dan program.

Dia mengamini jika pucuk pimpinan partai saat ini, disebut sebagian kader, penuh keragu-raguan dalam menjalankan roda organisasi dan mengambil keputusan.

Sebagai partai besar dan kaya pengalaman, kata Agus, Ketum Airlangga justru terombang-ambing tanpa kejelasan.

Buktinya, kata dia, Airlangga seharusnya diusung menjadi capres dan menggalang dukungan, tetapi saat ini namanya justru terhempas dari bursa capres dan hanya menduduki sebagai cawapres.

Itu pun, lanjut Agus, dengan tingkat elektabilitas rendah sebagai cawapres jika disandingkan dengan kader-kader partai lain.

“Kemampuan eksekutorial inilah yang tidak ditemukan pada elit partai politik di masa kini hingga dianggap lemah dan ragu-ragu," kata Agus Widjojanto.

Golkar sendiri, lanjutnya, merupakan sebuah organisasi yang dibentuk oleh Soeharto sebagai Ketua Dewan Pembina.

Kemudian hingga tahun 1998 berubah menjadi partai politik dengan nama Partai Golkar. Nama awal sebelum menjadi partai politik adalah Sekber Golkar atau Sekretariat Bersama Golongan Karya.

Pada pada akhir 1998, lanjut Agus, Golkar mendeklarasikan diri sebagai partai politik dengan mengusung semangat reformasi yang berintikan keadilan, demokrasi, dan transparasi. Dimana pendiri Partai Golkar adalah Soeharto dan Suhardiman.

“Menurut saya, hak yang sama sebenarnya juga ada pada diri Tommy Soeharto. Sebagai Keluarga Cendana, Tommy mempunyai hubungan sejarah yang tidak terpisahkan. Kehadirannya saat ini diharapkan bisa memberikan warna baru dan semangat baru dari partai beringin," urainya.

“Bagaimanapun, menyebut Keluarga Cendana di dunia politik tidak bisa dilepaskan dengan Tommy Soeharto yang sempat mendirikan Partai Berkarya yang kini sudah vakum. Dia merupakan tokoh yang perlu diperhitungkan karena kemampuan eksekutorialnya dan karena ada hubungan sejarah Golkar. Kenapa tidak? Kalau memang nantinya di Munaslub diusulkan," kata Agus Widjojanto.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler