Tompi Berbagi Cerita soal Ekonomi Kreatif

Selasa, 19 Desember 2017 – 23:40 WIB
Diskusi “The Mighty Generations: The Future in Your Hands”. Foto: Ist

jpnn.com - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menggelar “The Mighty Generations: The Future in Your Hands” di  Jakarta, baru-baru ini.

Sejumlah anak muda keren dan berbakat hadir sebagai pembicara. Misalnya Giring “Nidji” Ganesha, penyanyi dan dokter bedah Tompi, Andro Rohmana Putra (co-founder Jakcloth), Rama Raditya (pendiri Qlue), Gerald Bastian (pendiri Kok Bisa), dan Ni Luh Jelantik (desainer dan pengusaha sepatu)

BACA JUGA: Seleksi Caleg PSI Didominasi Generasi Milenial

Ketua Umum PSI, Grace Natalie, mengatakan inti tersebut adalah empowerment dengan isu kekinian untuk melihat peluang-peluang baru.

“Betapa beruntungnya generasi sekarang dengan kehadiran teknologi informasi, khususnya internet. Dulu orang-orang tua kita jika mau membangun usaha transportasi, harus punya kendaraan sendiri. Biayanya mahal,” kata Grace.

BACA JUGA: Gempita Kerja Keras 30 Ribu Anak Muda Kader PSI

Sekarang ini, lanjut Grace, orang seperti pendiri Gojek, Nadiem Makarim, tidak perlu punya kendaraan sendiri.

Dia cukup jadi jembatan antara mereka yang punya motor dengan para penumpang. Dengan internet, dunia berubah.

BACA JUGA: PSI Dorong Terbitnya Perpres E-Budgeting

“Kita banyak dimudahkan. Ilmu ada semua di sana. Tinggal kita mencarinya,” ujar Grace.

Mantan jurnalis TV itu berharap anak muda bisa mendapat pengetahuan baru dan semakin membuka mata dengan acara tersebut.

Sementara itu, Giring yang hadir dalam acara itu membawakan materi tentang digitalisasi dan streaming music.

“Ini adalah titik cerah baru industri musik. Why should buy if you can rent? Beda dengan dulu,” kata Giring.

Tapi, untuk konteks Indonesia, menurutnya, belum bisa jadi penghasilan utama karena jangkauan artisnya belum seluas artis luar negeri.

"Tapi bisa buat tambahan penghasilan di masa tua kalau lagu kita masih didengarkan orang,” kata Giring.

Sementara itu, Tompi berbicara soal dirinya yang multi-profesi.

Selain sebagai penyanyi dan dokter bedah, dia kini juga menekuni pekerjaan sebagai videografer.

“Saya punya production house,” kata putra Aceh tersebut.

Dari pagi sampai sore, Tompi di klinik bedah. Setelah sore, memotret, syuting, atau mengurusi production house-nya.

Tompi mengaku banyak yang bertanya tentang segudang kegiatannya itu ditambah kesibukannya sebagai dokter.

Dia menjawab dengan pasti tidak lelah akan semua aktivitas tersebut.

“Kalau bekerja dengan passion yang kayaknya mustahil ternyata bisa dilakukan,” ujar Tompi.

Pada sesi terakhir, Rama Raditya menceritakan suka duka mengelola Qlue.

Qlue adalah aplikasi online untuk menampung laporan warga DKI Jakarta yang dimulai penerapannya pada masa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Setelah Qlue diterapkan, ada beberapa istri lurah yang protes. Mereka bilang, suami mereka yang puluhan tahun jadi lurah diberhentikan gara-gara tidak menindaklanjuti laporan via Qlue.

Rama menceritakan, “Saya minta maaf ke ibu-ibu itu, tapi ini demi situasi yang lebih baik. Apa boleh buat” ujar Rama.

Empat hari sebelum Ahok masuk penjara, Rama menemuinya. “Pak Ahok saat itu bilang, kalau gubernur berikutnya tidak berani memecat lurah, Qlue tidak akan jalan,” kata Rama. (rmo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Refleksi Gerakan PSI di Ulang Tahun Ketiga


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler