Tompi Merasa Mendadak jadi Kampret, Ada yang Sebut Dia Masih Berudu

Jumat, 12 Juni 2020 – 12:44 WIB
Tompi. Foto: Dedi Yondra/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Penyanyi beraliran jazz Teuku Adifitrian atau yang lebih dikenal dengan nama panggung dr Tompi, berkeluh kesah lewat media sosial Twitter, setelah sebelummya berkicau soal tagihan listrik di salah satu kantor miliknya yang membengkak.

Pria yang juga berprofesi sebagai dokter bedah plastik ini mengaku dituding pihak tertentu sebagai 'kampret'.

BACA JUGA: Alamak! Cek Tagihan Listrik PLN Sudah Rp 20 Juta

Untuk diketahui, Tompi merupakan salah satu pesohor yang sangat aktif mendukung pasangan calon presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin pada Pemilihan Presiden 2019 lalu.

Saat itu muncul istilah 'kampret-cebong', sindiran bagi pendukung fanatik dua pasangan calon presiden di media sosial.

BACA JUGA: Tompi Mengeluh Tagihan Listrik PLN, Warganet: Jangan Nyinyir, I Love Jokowi

Belakangan, istilah tersebut menjadi liar.

Tak jarang, sindiran “kampret” ditujukan pihak tertentu pada siapa saja yang mengkritik pemerintah.

BACA JUGA: Perkembangan Kasus Mita yang Begituan dengan Pria asal Kediri, Lantas Menikah

Sementara istilah “cebong” disematkan pada siapa saja yang terkesan memuji atau membela kebijakan pemerintah.

"Dan aku pun mendadak jadi kampret ... hanya krn mengkritik yg gak beres. enak juga," kicau @dr_tompi.

Suami Arti Indira Ini kemudian mengingatkan, agar dalam mendukung seseorang penting menggunakan logika dan jernih melihat kondisi yang ada.

Jangan hanya karena mendukung, selalu memuji pihak yang didukung.

Kicauan Tompi ini disukai Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon.

Sejumlah warganet juga menanggapi kicauannya secara beragam.

"Belum denger anda kritik ngibulnya jokowi, tapi. padahal itu biang keroknya. maaf, anda masih berudu," kicau @roymz_13.

Sebelumnya, Tompi diketahui berkicau soal tagihan listrik di salah satu kantor miliknya yang tetap harus membayar tarif minimum sebesar Rp 2,1 juta per bulan.

Penyanyi Trio Lestari ini menyatakan telah bertemu dengan petugas lapangan PLN.

Ia menilai, sangat penting publik mengetahui hak dan kewajiban, sehingga tidak terkesan negatif saat ada kasus salah hitung tagihan pemakaian listrik.

"Utk kasus sy kmrin : yg satu salah hitung , satunya ternyata Kena minimum bayar 2.1 jt per bulan meski tempat tutup. Meski ada mekanisme kompensasi, namun selama ini tdk ter informasikan dengan baik," kicau @tompi.

Tompi kemudian menyampaikan harapan agar PLN memperbaiki komunikasi dengan publik, agar lebih lugas dan gamblang dalam memberi penjelasan. (gir/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler