Top! Kotak Vaksin Covid-19 Karya Anak Bangsa Diminati Negara-negara Lain

Selasa, 20 April 2021 – 20:09 WIB
Vaksin Covid-19. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Utama Technoplast Ellies Kiswoto mengungkapkan bahwa kotak dingin penyimpan vaksin Covid-19 buatan dalam negeri ternyata diminati oleh beberapa negara di Afrika dan Amerika Latin. Khususnya di negara yang wilayah geografisnya besar seperti Indonesia.

Kotak tersebut adalah Insulated Vaccine Carrier (IVC) buatan Technoplast Indonesia yang sudah dipakai oleh Pemerintah Indonesia untuk mendistribusikan vaksin Covid-19.

BACA JUGA: Luhut Pandjaitan: Saya Minta Karya Anak Bangsa Ini Dihormati

Ellies mengatakan, pihaknya sudah menerima permintaan dari beberapa negara untuk menyukseskan vaksinasi Covid-19.

"Yang tertarik untuk produk ini adalah negara yang wilayahnya challenging seperti di Afrika dan Amerika Latin seperti Argentina. Karena secara geografis tersebar mirip seperti Indonesia," kata Ellies Kiswoto dalam diskusi virtual interaktif 'Tantangan Distribusi Vaksin Covid-19 ke Seluruh Pelosok Indonesia', Selasa (20/4).

BACA JUGA: Jajal Motor Listrik Buatan Anak Bangsa, Begini Komentar Budi Karya

Ellies mengisahkan, produk ini dimulai dari keinginan membantu masyarakat dan Pemerintah Indonesia yang harus menerima vaksin. Selain soal produk vaksinnya sendiri, tantangan utama adalah soal distribusi vaksin.

Sebagai contoh, vaksin Sinovac yang selama ini dipakai, hanya bisa bertahan jika berada pada suhu 2-8 derajat celcius. Jika selama distribusi suhunya di luar itu, maka vaksin bisa rusak.

BACA JUGA: Nono Sampono Dukung Vaksin Nusantara Karya Anak Bangsa

"Kami menemukan bahwa selama ini cooler box tanpa ada kontrol suhu. Yang tersedia hanya cooler box untuk makanan atau untuk memancing," ujar Ellies.

Akhirnya, bersama tim riset di Technoplast, Eliies dan kawan-kawan berhasil membangun produk cooler box yang suhunya bisa dipantau dan memastikan suhu bisa bertahan hingga 57 jam. Namun secara resmi, Technoplast mengumumkannya 48 jam.

Ellies lalu menunjukkan langsung kotak IVC miliknya. Kotak tersebut memiliki empat sistem penguncian sehingga benar-benar kuat.

Lalu di bagian atas kotak, ada alat pengukur temperatur dan alarm yang bisa memberi tahu kondisi vaksin di dalamnya. Ada indikator perubahan warna dan bunyi jika terjadi perubahan suhu signifikan.

"Harus dibedakan apakah carrier itu vaccine carrier atau cooler box makanan dan minuman yang dipakai di pasar sekarang. Kalau termometernya tak ada, misalnya, maka bagaimana bisa memantau kondisi suhu vaksinnya?" urai Ellies.

Di dalam kotak, ada aluminium foil untuk menahan temperatur dan antibakteri. Lalu ada insulasi es yang diformulasikan secara spesial sehingga bisa lebih tahan lama mempertahankan suhu. Alarm bahkan akan berbunyi jika penguncian kotaknya tak tepat 100 persen.

"Semuanya demi memastikan keamanan vaksinnya," imbuh Ellies.

Saat ini, kata Ellies, pihaknya bisa memproduksi hingga 60 ribu IVC per bulan. Technoplast juga sudah berhasil membuat IVC untuk vaksin Astrazeneca yang memerlukan suhu minus 20 derajat celcius, serta mengembangkan kotak untuk vaksin Pfizer yang butuh suhu minus 70 derajat celcius.

Yang segera diluncurkan adalah kotak IVC baru dengan teknologi geolocation IOT. Setiap kotak akan disertai alat khusus dengan barcode yang bisa dihubungkan dengan smartphone. "Geolocation IOT itu memastikan lokasinya bisa dipantau dimana, suhunya, dan berbagai detail informasi lainnya," imbuh dia.

Satu kotak IVC bisa menampung hingga 500 dosis, dan diproduksi dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) hingga 80 persen. Sejauh ini, sudah dipakai lembaga pemerintahan seperti BNPB, hingga lembaga swasta seperti Halodoc.

Kabid Tata Laksana dan Compliance Sentra Vaksinasi Serviam (SVS) Dr Bettia Bermawi mengatakan, pihaknya sudah memakai IVC dari Technoplast tersebut. Sejauh ini pihaknya merasa sangat puas lantaran alat tersebut sudah dilengkapi insulasi yang cukup, suhu, dan vaksinnya memang terjaga.

"Untuk Sinovac misalnya, itu tidak boleh beku, dan tidak boleh lewat 8 derajat. Ini sudah kami pakai sehari-hari di Sentra Vaksinasi. Dan ini keuntungannya, kotaknya juga mudah sekali dibersihkan," kata Bettia.

Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, distribusi vaksin memang menjadi salah satu titik kunci keberhasilan program vaksinasi nasional. Distribusi itu termasuk ketersediaan moda transportasi, hingga kotak vaksin yang bisa menjaga suhunya.

"Paling penting memang bagaimana mengelola distribusi rantai dingin ini, sehingga bisa dipastikan vaksin bisa aman sampai di fasilitas kesehatan paling ujung, dan aman ke orang yang menerima. Itu prinsip yang utama, bagaimana vaksin betul-betul punya efikasi tinggi sampai pada saat diberikan," kata Maxi.

Beberapa langkah terobosan dilakukan pihaknya. Seperti memutus rantai distribusi tanpa harus singgah ke pemerintah provinsi, mengajak kelompok masyarakat yang berpengalaman mendistribusikan vaksin, hingga melibatkan produk dalam negeri untuk distribusi.

"Kalau sistem ini bagus, saya kira ke depan ini jadi kekuatan bagi kami melakukan perubahan dalam distribusi vaksin rutin, vaksin dii luar covid, ke depan," tukasnya.

Maxi menegaskan, pemerintah berkomitmen meyakinkan masyarakat bahwa vaksin yang digunakan, adalah betul-betul aman dan sehat. Yakni dari proses pembuatan, produksi, sampai disttribusinya.

"Semuanya dilaksanakan secara profesional dan dijaga ketat suhunya sampai ke daerah dan disampaikan ke masyarakat," pungkas Maxi. (tan/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler