jpnn.com, JAKARTA - Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) untuk pertama kalinya menjadi inisiator program pengolahan sampah sungai menjadi energi dalam bentuk briket atau pelet.
Briket yang dihasilkan dari Tempat Olahan Sampah Sungai Gerakan Ciliwung Bersih (TOSS-GCB) ini bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar pengganti minyak tanah bahkan LPG (iquid petroleum gas), baik untuk keperluan warung hingga industri yang menggunakan boiler seperti pabrik tekstil, pupuk, dan pembangkit listrik.
BACA JUGA: Begini Rekomendasi LIPI Terkait Dampak Sampah APD
Secara khusus, program ini dirancang untuk mengolah sampah sungai menjadi listrik dan diperuntukkan bagi masyarakat di sepanjang aliran Sungai Ciliwung, dengan produk akhirnya adalah syntetic gas (syngas) yang mampu menjadi substitusi bahan bakar untuk genset/diesel.
TOSS-GCB merupakan program kolaboratif antara GCB dengan kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Pemerintah provinsi DKI Jakarta, PT Indonesia Power, PDAM DKI Jakarta, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood), dan comestoarra, startup company di bidang supply-value chain energi baru dan terbarukan.
BACA JUGA: Cegah Banjir, Brimob Polda Metro Jaya Bersih-bersih Kali Ciliwung
Ketua GCB Peni Susanti berharap, agar seluruh stakeholders di sepanjang aliran Sungai Ciliwung mengembalikan fungsi sungai sebagai sumber air bersih.
“Dengan berkurangnya sampah yang masuk sungai, maka pemulihan air sungai sebagai bahan baku air bersih akan menjadi lebih cepat. Bahkan, masyarakat sepanjang Sungai juga akan mendapat manfaat dari air bersih yang berasal dari Sungai yang telah dijernihkan menggunakan energi yang berasal dari sampah sungai itu sendiri,” kata Peni, dalam keterangan tertulis, Senin (29/6).
BACA JUGA: KLHK Akui Rehabilitasi DAS Kali Ciliwung dan Cisadane Terkendala Budaya
Head of Corporate Communications Division PT Indofood Sukses Makmur Tbk Stefanus Indrayana mengatakan, peran aktif Indofood terhadap pelestarian lingkungan terangkum dalam program Corporate Social Responsibility, Protecting The Environment.
“Kami mendukung berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan, khususnya upaya pengelolaan sampah, terlebih jika upaya dilakukan dengan mengusung pendekatan ESR atau Extended Stakeholder Responsibility,” ujar Indrayana.
Menurutnya, pendekatan ini memungkinkan semua pihak bergotong royong sesuai kapasitas dan kompetensinya masing-masing sehingga menghasilkan dampak yang lebih signifikan.
TOSS-GCB ini adalah salah satu inisiatif untuk menjaga kebersihan dan kelestarian Sungai Ciliwung yang memiliki fungsi penting bagi Jakarta.
“Diharapkan dengan makin banyaknya TOSS di sepanjang Sungai Ciliwung, masyarakat dapat lebih teredukasi untuk menjaga kebersihan sungai. Jika ada sampah yang terkumpul, dapat diolah menjadi hal-hal yang memberikan nilai tambah kepada masyarakat. Sekaligus akan mengurangi sampah-sampah tersebut mengalir ke laut,” tuturnya.
TOSS-GCB adalah konsep pengolahan sampah (rumah tangga dan biomassa) berbasis komunitas/masyarakat yang digagas oleh Supriadi Legino dengan menggunakan teknologi peuyeumisasi (Biodrying), hasil karya inovasi Sonny Djatnika Sundadjaja.
Proses TOSS-GCB dimulai dengan memasukkan sampah kedalam box bambu berukuran 2x1,25 x1,25 m3 (setara dengan 1 ton sampah) tanpa perlu pemilahan yang merepotkan.
Sampah dalam bambu tersebut kemudian disiram dengan biokativator yang akan membuat sampah menyusut hingga 50 persen dan mengering dengan tingkat moisture di bawah 20 persen dalam waktu 7 hari. Selanjutnya sampah yang telah melalui proses peuyeumisasi tersebut siap untuk dijadikan bahan baku energi berupa briket/pelet dengan nilai kalori setara dengan batu bara.(mg7/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh