jpnn.com - JAKARTA - PT Total E&P Indonesia membantah adanya penurunan investasi yang berkaitan dengan habisnya kontrak bagi hasil migas Blok Mahakam pada 31 Desember 2017.
Perusahaan migas asal Prancis tersebut tidak mau dipojokkan Pertamina (persero) atas berkurangnya investasi di Blok Mahakam, Kalimantan Timur.
BACA JUGA: Untuk Operator Kapal Penyeberangan, Ada Permintaan Khusus Dari Menhub
President and General Manager Total Hardy Pramono menyatakan, rencana Pertamina untuk berinvestasi lebih awal di Blok Mahakam tidak sekadar berkaitan dengan restu dari Total selaku kontraktor eksisting.
Dia menyebut tindakan itu membutuhkan payung hukum dan persetujuan dari SKK Migas. Hardy juga membantah soal Total yang menutup pintu investasi USD 2,5 miliar per tahun tersebut.
BACA JUGA: Pertamina Ingin Eksploitasi Gas Alam Natuna secara Besar-besaran
’’Kami akan mendiskusikan rencana kerja yang diajukan untuk 2017 itu, sedangkan pelaksanaanya memerlukan payung hukum dan persetujuan yang diberi otoritas terkait, yakni SKK Migas,’’ katanya.
Jika tidak ada persetujuan dari SKK Migas, lanjut Hardy, Total tidak bisa membiarkan investasi Pertamina masuk begitu saja. Sebab, hal tersebut bisa melanggar aturan.
BACA JUGA: Pemerintah Diusulkan Hapus Bea Masuk Semua Jenis Sapi
Menurut dia, soal penurunan investasi yang membuat Pertamina khawatir dan ingin masuk lebih awal bukan keinginan Total atau Inpex selaku operator eksisting.
Penurunan rencana investasi dinilai wajar. Sebab, saat ini harga minyak dunia anjlok. Penurunan investasi juga terjadi sejak 2015, kemudian berlanjut pada 2016. ’’Sejak 2014, Total menjalankan program penghematan 4C & D (Change Culture, Compete on Cost and Deliver) yang berlaku secara internasional,’’ ungkapnya.
Hardy menegaskan, program penghematan investasi tidak hanya dilakukan Total. Semua perusahaan migas di dunia pun melakukannya untuk menyesuaikan investasi dengan rendahnya harga migas dunia agar tetap ekonomis.
’’Kami meneliti semua rencana investasi tanpa mengorbankan keselamatan kerja, fasilitas produksi, dan safety,’’ ucapnya.
Meski ada efisiensi, Hardy mengklaim penurunan produksi di Blok Mahakam berhasil dikendalikan. Jika merujuk pada Work Plan and Budget (WP&B) 2016, target produksi inlet gas adalah 1.423 MMSCFD.
Sementara itu, pada revisi WP&B 2016, SKK Migas menetapkan target produksi 1.572 MMSCFD. Total memang mengumumkan akan mengurangi belanja modal di Blok Mahakam.
WP&B senilai USD 1,9 miliar dipangkas menjadi USD 1 miliar pada akhir tahun ini, sedangkan realisasi investasi pada kuartal pertama tahun ini baru mencapai USD 300 juta. Total dan Inpex Corporation juga belum menjawab tawaran share down Blok Mahakam setelah kontrak berakhir pada 31 Desember 2017. (dim/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gubernur: Tidak Beres, Sudah Disubsidi tapi Harga Masih Tinggi
Redaktur : Tim Redaksi