Tour de Samosir Lebih Dilirik Dunia

Kamis, 08 Desember 2011 – 02:14 WIB

JAKARTA -- Pesta pasti berakhirBegitu pepatah yang juga judul lagu Rhoma Irama

BACA JUGA: Cina Padang, Berbahasa Minang Logat Mandarin

Pesta Danau Toba (PDT) yang akan digelar 27-30 Desember 2011 mendatang, terus mendapat sorotan
Percuma saja digelar pesta, tapi usai pesta nasib Danau Toba kembali sepi.

"Pesta jangan hanya saat pesta, tapi bagaimana usai pesta rutin itu, masyarakat di sekitar Danau Toba bisa terus merasakan dampaknya

BACA JUGA: 513 KK Terima Sertifikat Tanah

Pengelolaan Pesta Danau Toba harus dikaji ulang," ujar sosiolog dari Universitas Indonesia (UI), yang juga putra Batak, Kastorius Sinaga, kepada JPNN di Jakarta, kemarin (7/12).

Menurut Kastorius, sebelum PDT digelar, mestinya digelar diskusi-diskusi mendalam
Diskusi ini untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai apa sebenarnya yang menjadi kendala bagi pengembangan Danau Toba

BACA JUGA: Bandar Narkoba Belum Tersentuh, Polisi Beraninya Pengedar

"Untuk mengkaji kondisi Danau Toba terkini, untuk rekomendasi pengembangan ke depanTermasuk merekomendasikan, kegiatan apa yang cocok ditampilkan di Pesta Danau Toba ituJadi tidak sembaranganBukan pesta sekedar pesta," ujar mantan Staf Ahli Kapolri saat dijabat Bambang Hendarso Danuri itu.

Pria yang kini juga sebagai Ketua Depertemen Perencanaan Pembangunan Nasional DPP Partai Demokrat itu, menilai, persoalan yang menghambat pengembangan Danau Toba adalah rendahnya rasa memiliki masyarakat sekitar terhadap danauNamun, lanjutnya, masyarakat sekitar juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya.

Yang perlu disalahkan adalah pemerintah daerah, baik Pemprov Sumut maupun pemkab/kota di sekitar Danau Toba, yang kurang mensosialisasikan manfaat Danau Toba, baik secara ekologis maupun ekonomis"Juga tidak tersosialisasikan dengan baik, apa kiranya manfaat yang bisa dirasakan masyarakat sekitar jika Danau Toba terurus dengan baik," imbuh Kasto, panggilan akrabnya.

Dia memberi contoh isu aktual, terkait rencana divestasi saham PT Inalum yang selama ini dikuasai konsorsium perusahaan Jepang, yang pada 2013 akan diambil alih 100 persen oleh pemerintah RIMasyarakat tidak akan peduli bahwa Inalum sangat tergantung pada air Danau Toba sebagai penggerak sumber energinya"Karena ada pertanyaan besar di masyarakat, apa yang didapat mereka dari Inalum? Masyarakat tidak merasa punya tanggung jawab menjaga Danau Toba sebagai elemen penting InalumPadahal, tak ada Inalum tanpa ada Danau Toba," ujarnya.

Mestinya, selagi rencana nasionalisasi Inalum ini masih hangat, isu ini dimanfaatkan pemda untuk menumbuhkan rasa memiliki di kalangan masyarakat terhadap keberadaan Danau Toba"Pemda tak pandai memainkan isu ini untuk penumbuhan kesadaran masyarakat, untuk pengembangan Danau Toba," kritik Kasto.

Kembagi ke soal PDT, menurut Kasto, selama kesadaran masyarakat sekitar belum tumbuh, maka pesta-pesta tahunan tidak akan ada manfaatnya"Pesta hanya promosi instan," cetusnya.

Kasto berpendapat, lebih baik promosi Danau Toba meniru saja Pemprov Sumbar, yang menggelar Tour de Singkarak secara rutin"Singkarak terkenal di level internasional hasil promosi goes-goes sepeda sajaNah, kenapa tidak ditiru saja Tour de Singkarak itu, dengan membuat Tour de SamosirTak perlu pesta dengan biaya tinggi, tapi efektif," sarannya serius.

Dikatakan Kasto, dengan Tour de Samosir, dengan bersepeda balap, maka aspek infrastruktur juga akan terdongkrakPasalnya, untuk tahap awal, untuk Tour de Samosir perlu dibangun jalan yang mulus untuk sejumlah etapeTermasuk fasilitas-fasilitas lain yang layak untuk turis asing(sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Musim Hujan Datang, Waspadai DBD


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler