jpnn.com - JAKARTA - Kerja Tim Pencari Fakta Gabungan (TPFG) kasus kesaksian koordinator Kontras Haris Azhar soal Freddy Budiman memasuki babak akhir.
Tim bentukan Polri ini sedang berupaya menuntaskan puzzle terakhir berupa nama dari oknum yang terlibat.
BACA JUGA: Waduh! Gaji 21.000 Pendamping Desa Ngadat
Masih ada satu saksi yang hadir dalam pertemuan Freddy Budiman dengan Haris belum diperiksa.
Anggota TPFG Effendi Ghazali menjelaskan, selama ini dalam keterangan saksi selalu ada keterangan bahwa tidak ada penyebutan nama oknum yang terlibat.
BACA JUGA: Terpilih Jadi Ketum PKP Indonesia, Hendropriyono Minta Kader Kembali Bersatu
Hal tersebut telah diklarifikasi ke sejumlah saksi yang hadis saat ada pertemuan Haris dengan almarhum Freddy. ”Hanya saja, belum diklarifikasi ke seorang saksi lagi,” tuturnya.
Saksi tersebut juga hadir saat pertemuan yang terjadi pada 2014. Maka, belum ada nama yang disebut ini harus dipastikan kembali. Ada kemungkinan fakta itu berubah, bila ternyata saksi yang belum diperiksa ini berbeda kesaksian. ”Siapa saksinya belum bisa disebut identitasnya,” ujarnya.
BACA JUGA: Menpora Imam Bersama Pemuda Bersihkan Sampah di Sungai Ciujung
Langkah lain yang perlu diperdalam adalah soal penyidik yang menangani kasus Freddy Budiman. Rencananya, hari ini (28/8) TPFG akan berangkat keluar kota untuk menemui penyidik tersebut. ”Data penyidik yang tangani Freddy juga terus berlanjut,” ungkapnya dihubungi kemarin.
Agar pencarian fakta lebih akurat, maka TPFG juga berupaya mendekati keluarga Freddy Budiman.
Tim membutuhkan informasi-informasi yang lebih banyak, kemungkinan masih ada informasi yang belum tersampaikan. ”Keluarga Freddy ini penting,” ujarnya.
Effendi menjelaskan, video pengakuan Freddy juga sedang dikaji. Saat ini pengkajian sudah sampai pada memastikan apakah isi video tersebut benar atau tidak. ”Apa yang disebut Freddy belum tentu benar, maka perlu untuk dicek,” jelasnya.
Yang disayangkan, hingga saat ini TPFG masih menunggu semua data dari Kontras. Sebab, sebelumnya Kontras menjanjikan memberikan data lain pada momentum yang tepat. ”Sampai sekarang belum diberikan juga,” tuturnya.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyatakan, investigasi keterlibatan jenderal TNI dalam bisnis narkoba masih terus dilakukan.
Sampai sekarang belum diketahui siapa perwira tinggi yang disebut Freddy. Sebab, pengakuan bandar narkoba yang sudah diekskusi mati itu tidak menyebutkan nama.
Namun, kata dia, jika yang disebutkan adalah jenderal bintang dua, maka diperkirakan orang itu sekarang sudah pensiun, karena peristiwa itu terjadi pada 2011. Pihaknya pun bekerjasama dengan polisi untuk mendalami kasus tersebut. Sebab, jenderal itu sudah pensiun dan menjadi warga sipil.
Gatot menyatakan, pihaknya sangat getol memerangi narkoba. Pemeriksaan turin dilakukan untuk mengecek apakah ada anggota TNI yang terlibat narkoba. Baik pengguna maupun pengedar. Jika ada prajurit yang diketahui terlibat, maka sanksi berat akan dijatuhkan.
Menurut dia, bisnis narkoba sangat menggiurkan, sehingga banyak orang yang tertarik. “Narkoba itu bisnis ilegal paling besar di Indonesia,” papar mantan Pangdam V Brawijaya itu.
Menurut dia, pelaku bisnis ilegal selalu berusaha mendekati aparat. Baik, polisi maupun TNI. Hal itu dilakukan untuk mencari perlindungan dan rasa aman dalam melakukan bisnis mereka. Aparat pun diimingi-imingi dengan berbagai hal yang mengiurkan. Di sini integritas aparat akan diuji.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu menyatakan, penyalahgunaan narkoba di indonesia sudah sangat luar biasa, Mereka melakukan transaksi bisnis di perbatasan Indonesia. Selain itu, korban dari barang haram itu bukan hanya orang dewasa. Anak kecil juga jadi korban.
”Narkoba diracik menjadi makanan, sehingga anak-anak tertarik,” papar dia saat memberi kuliah umum kepada mahasiswa pascasarjana Universitas Pertahanan (Unhan) kemarin (27/8).
Sampai tahun ini, lanjut Gatot, kurang lebih 5,1 juta atau sekitar 2 persen dari penduduk Indonesia menyalahgunakan narkoba. Mereka ada yang menjadi pengguna dan pengedar. Sementara itu, sekitar 15 ribu jiwa meninggal dunia setiap tahunnya akibat narkoba.
Menurut Jenderal Gatot, narkoba adalah fenomena gunung es. Di permukaannya saja ada 15 ribu yang mati, maka di bawahnya kemungkinan lebih banyak. Semua kasus narkoba yang terjadi di Indonesia bertujuan untuk lost generation.
“Inilah yang dikatakan perang candu, yang merupakan bagian dari perang modern atau proxy war,” katanya. (idr/lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Panglima TNI: Pemuda Harus Menjadi Pemersatu Bangsa
Redaktur : Tim Redaksi