jpnn.com - KUALA LUMPUR - Tiga kecelakaan pesawat dalam waktu delapan hari membuat dunia termenung. Mereka yang kehilangan sanak saudara dan anggota keluarga hanya bisa meratap. Mereka yang menjadi korban tapi selamat kini trauma. Bukan hanya penumpang, calon penumpang, dan keluarganya yang mengalami itu semua. Namun, para kru pesawat, khususnya pramugari dan pramugara, juga merasakannya.
Tragedi MH17 di langit Ukraina pekan lalu membuat tidak kurang dari 3.000 pramugari dan pramugara maskapai Malaysia Airlines (MAS) shock.
BACA JUGA: Disunat, si Burung Malah Lenyap
”Kami baru saja akan bangkit setelah tragedi (MH370). Kini kami harus mengalaminya lagi?” kata Ismail Nasaruddin, presiden National Union of Flight Attendants Malaysia (NUFAM), dalam wawancara dengan The Star Jumat lalu (25/7).
Dia mengatakan, sebagian besar pramugari dan pramugara MAS belum bisa menerima kenyataan pahit tersebut. Sebanyak 11 kru pesawat MH17 tewas dalam insiden yang sampai sekarang masih diselidiki itu. Sebelumnya, kru pesawat MH370 juga raib dan tidak diketahui rimbanya sampai sekarang. Wajar rasanya jika para pramugari dan pramugara MAS tidak bisa bekerja dengan maksimal.
BACA JUGA: Belanda dan Australia Ingin Akses Lebih di Lokasi MH17
Bagi kru pesawat, insiden penerbangan adalah mimpi buruk yang sebisanya mereka hindari. Dan Air, nama samaran seorang pramugari, mengatakan bahwa kecelakaan pesawat merupakan hal yang paling mengerikan. Bahkan, menurut dia, kru pesawat, pramugari, dan pramugara merasakan kesedihan yang jauh lebih besar ketimbang para penumpang atau keluarganya.
Pasalnya, para kru pesawat tidak boleh larut dalam kesedihan. Saat kondisi mental terganggu karena trauma, mereka harus tetap bekerja. Ya, mereka harus tetap melayani penumpang dalam perjalanan udara. Mereka juga harus membuat penumpang nyaman serta aman. Padahal, pramugari dan pramugara pun tidak yakin bahwa tugas mereka dalam penerbangan tersebut bebas insiden.
BACA JUGA: Gencatan Senjata, Warga Gaza Temukan 60 Korban Tewas
”Gambar pesawat yang hancur dan menjadi puing adalah fakta yang terlalu mengerikan untuk dilihat kru pesawat,” papar Dan Air dalam blognya yang bertajuk Confessions of a Trolley Dolly.
Menyaksikan bangku-bangku terserak, badan pesawat robek, dan kabin sudah tidak berbentuk lagi, menurut pramugari maskapai asal Inggris itu, membuat dirinya lemas.
”Yang kami saksikan itu adalah ruang kerja kami. Rumah kami selama beberapa jam. Di sana kami melayani penumpang dan membuat mereka nyaman selama penerbangan,” ungkapnya mengenai bangkai pesawat yang teronggok di darat.
Sayangnya, kru pesawat tidak bisa lama-lama meratap. Sebab, bisnis penerbangan tetap berjalan. Dalam kesedihan dan ketakutan, mereka tetap harus bertugas.
”Saya tidak bisa membayangkan perasaan para kru pesawat Malaysia Airlines yang tetap harus bekerja setelah kehilangan teman atau kenalan mereka dalam tragedi pekan lalu,” papar Dan Air.
Selama penerbangan, para kru pesawat pun tetap harus tersenyum dan memberikan kenyamanan kepada penumpang. Solidaritas menjadi salah satu obat yang membuat para kru pesawat MAS kuat. Tepat sepekan setelah MH17 jatuh dan terbakar di Ukraina, para kru pesawat dari seluruh dunia memberikan dukungan kepada mereka.
Caranya, dengan menyematkan pita hitam melengkung pada seragam yang mereka pakai dalam penerbangan. Bahkan, sebagian mengunggah lambang solidaritas itu ke dunia maya. Dengan begitu, para penduduk dunia bisa ikut menunjukkan dukungannya kepada para kru pesawat MAS yang membutuhkan empati. (TheStar/CNN/hep/c7/tia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terjadi Bentrokan Sebelum Gencatan Senjata 12 Jam Hamas vs Israel
Redaktur : Tim Redaksi