jpnn.com, CIANJUR - Sejumlah perawat di ruang isolasi rumah sakit rujukan COVID-19 Cianjur, Jawa Barat mengalami nasib tragis.
Mereka terpaksa menggadaikan barang berharga miliknya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka karena insentif dari rumah sakit tempat mereka bertugas belum turun sejak dua bulan terakhir.
BACA JUGA: Pemkab Lebak Tolak Pemudik dari Zona Merah Covid-19
Beberapa orang perawat yang menangani pasien ODP dan PDP COVID-19 itu mengatakan, tidak hanya insentif yang belum turun, alat pelindung diri (APD) untuk dipakai selama bertugas seperti masker sejak dua hari terakhir sudah tidak ada stoknya, sehingga mereka yang bertugas terpaksa membeli sendiri.
"Sudah dua hari ini, tim medis yang menangani pasien COVID-19 tidak dibekali APD lengkap karena minimnya stok, meskipun rumah sakit tempat kami bertugas merupakan rumah sakit rujukan. Ini juga dialami tim medis di rumah sakit lain milik pemerintah," kata G, tenaga medis di RSUD Cianjur yang minta identitasnya disamarkan pada wartawan, Kamis.
BACA JUGA: Pasien Sembuh Covid-19 Naik Dua Kali Lipat Dibanding Kasus Meninggal
Ia menjelaskan sejak dua hari terakhir, selain insentif yang belum didapat, APD dan makanan tambahan yang biasa didapatkan sebelum bertugas sudah tidak ada.
Sehingga, tidak jarang mereka yang bertaruh nyawa di garda terdepan penanganan COVID-19 membekali diri dengan vitamin atau ramuan yang dibeli sendiri.
BACA JUGA: Update Corona 7 Mei: Jumlah Pasien Positif Covid-19 di DKI Masih Mengkhawatirkan
Bahkan, dirinya terpaksa menggadaikan sepeda motor miliknya untuk menutupi kebutuhan rumah tangga karena insentif yang diharapkan lebih dari rumah sakit dan bantuan pemerintah pusat tidak kunjung cair, sehingga terpaksa menggadaikan barang yang dimilikinya.
"Tidak hanya saya, tim medis yang satu jadwal dengan saya terpaksa menggadaikan maskawin untuk menutupi kebutuhan rumah tangga sehari-hari karena insentif dari rumah sakit belum juga turun," katanya.
Hal senada terucap dari R, tenaga medis perempuan yang sejak dua bulan terakhir dilibatkan sebagai tim penanganan pasien COVID-19, terpaksa menyewa kamar indekos untuk menjaga kesehatan keluarga, karena memiliki anak balita dan mertua yang sudah berusia lanjut.
Namun, upaya tersebut tidak mendapat bantuan dari pemda atau rumah sakit tempatnya mengabdi sejak beberapa tahun lalu. Oleh karena itu, dia dan beberapa perawat lainnya melakukan hal yang sama dengan harapan ada perhatian dari pemda terkait tempat untuk istirahat bagi tenaga medis.
"Katanya dulu mau diadakan, tetapi sampai saat ini belum terwujud, sehingga kami memilih sayang keluarga, meskipun harus mengeluarkan uang lebih secara pribadi karena takut mereka rentan terpapar selama kami bertugas di rumah sakit," katanya.
Hal yang sama juga diakui sebagian besar tim medis yang setiap hari bertugas di perbatasan. Mereka yang setiap hari bertemu dengan berbagai kalangan warga yang kemungkinan positif COVID-19, hanya menjalankan tugas dengan APD seadanya, seperti jas hujan yang dibeli sendiri di pasar swalayan.
"Harapan kami, dengan adanya dana penanganan COVID-19 yang nilainya Rp100 miliar, pemda dapat menyediakan stok APD yang sesuai dengan standar WHO. Selama ini kami membeli sendiri APD dari jas hujan yang harganya masih terjangkau," kata D, tenaga medis di satu puskesmas di Cianjur utara. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek